Cuaca Panas Landa Kabupaten Bandung, BMKG Sebut Fenomenanya Terkait Angin Monsun Asia dan La Nina

Cuaca Panas Landa Kabupaten Bandung, BMKG Sebut Fenomenanya Terkait Angin Monsun Asia dan La Nina

Ilustrasi La Nina: Cuaca cerah di kawasan Fly Over Pasupati, Kota Bandung, Minggu (5/1). Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres--

RADAR JABAR DISWAYKabupaten Bandung tengah menghadapi cuaca panas beberapa hari terakhir. Menurut analisa BMKG Stasiun Geofisika Bandung, fenomena ini disebabkan oleh kombinasi Angin Monsun Asia dan La Nina lemah.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, atau yang akrab disapa Ayu, menjelaskan bahwa cuaca di Kabupaten Bandung dalam tiga hari terakhir didominasi cerah berawan hingga berawan. Potensi hujan ringan umumnya terjadi di sore atau malam hari, dengan suhu minimum sekitar 21-22 derajat Celsius dan maksimum mencapai 31-32,8 derajat Celsius

"Cuaca pun didominasi oleh potensi hujan ringan di sore dan malam hari, dengan suhu minimum 21 sampai 22 selsius dan suhu maksimum 31,0 hingga 32,8 selsius," katanya kepada Jabar Ekspres, Minggu (5/1) yang dikutip @Radar Jabar disway.id.

La Nina adalah fenomena anomali iklim global yang membuat suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur lebih dingin dari biasanya. Fenomena ini terjadi karena angin pasat yang menguat mendorong air hangat menjauh dari pesisir Amerika Selatan, sehingga air dingin dari dasar laut naik ke permukaan.

 

BACA JUGA:Prakiraan Cuaca Hari Ini: Hujan dan Potensi Petir di Berbagai Kota di Indonesia

BACA JUGA:Prediksi Cuaca Hari Jumat: Hujan Ringan Akan Guyur Sebagian Besar Indonesia

 

Kondisi ini menjadi kebalikan dari El Nino dan memengaruhi pola cuaca di berbagai belahan dunia, termasuk di Jawa Barat.

Ayu menjelaskan, selain La Nina, adanya sirkulasi siklonik di utara Kalimantan dan Samudra Hindia selatan Jawa turut memperkuat kecepatan angin di Jawa Barat. Angin di wilayah Kabupaten Bandung bergerak dengan kecepatan sekitar 5-22 kilometer per jam.

Kelembapan udara yang tinggi serta labilitas lokal juga mendukung pertumbuhan awan konvektif, menciptakan cuaca yang bervariasi. “Siang hari terasa panas karena adanya proses konveksi dan angin yang bertiup cukup kencang,” ujar Ayu.

BMKG memaparkan bahwa Jawa Barat, termasuk Kabupaten Bandung, masih berada dalam musim hujan hingga Februari 2025. Puncak musim hujan sudah dimulai sejak November 2024, dengan intensitas hujan yang lebih tinggi di wilayah barat dan selatan Jawa Barat.

Pada Februari, hujan diperkirakan mulai lebih sering terjadi di wilayah utara Jawa Barat, seperti Subang, Karawang, Indramayu, Cirebon, dan Majalengka.

Suhu rata-rata awal tahun 2025 di Kabupaten Bandung berkisar antara 21-30,4 derajat Celsius dengan kelembapan 60-95 persen.

Sumber: Jabar Ekspres