Apa Bukti Shaum Ramadhan Kita Diterima Allah SWT?

Apa Bukti Shaum Ramadhan Kita Diterima Allah SWT?

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP dan Kabag. Penelitian LPPM USB YPKP, Adi Permana Sidik.--

Jika kembali kepada pertanyaan awal seperti yang ditulis pada judul tulisan ini, tentu jawabannya memang tidak semudah menjawab pertanyaan dalam ilmu matematika atau ilmu pasti, yang punya jawaban pasti atau jawaban yang sudah memiliki rumusan baru. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut dapat terjawab setidaknya dengan melihat apa yang disebut dengan tanda-tandanya. Ada kaidah dari para ulama bahwa, “Sesungguhnya diantara alamat diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya” (Bahraen, 2020)

Secara umum, setidaknya ada 3 (tiga) tanda diterima amal ibadah diterima Allah SWT. Pertama, kondisi seseorang setelah melakukan ketaatan lebih baik dari sebelumnya. Syekh Binbaz rahimahullah pernah ditanya perihal tanda-tanda diterimanya amal-amal saleh yang dilakukan seorang hamba. Kemudian rahimahullah beliau menjawab,

“Maka, di antara tanda-tanda diterimanya (sebuah amal): lapangnya dada, istikamah di atas kebaikan, bergegas dalam ketaatan, berhati-hati dari keburukan dan dosa. Saat intensitas kejelekannya menjadi sedikit, kebaikannya bertambah dan hatinya merasa tenang kepada kebaikan. Maka, inilah tanda-tanda taufik dan diterimanya amalan, yaitu keadaan dan kondisinya berubah menjadi lebih baik.”

Kedua, dimudahkan untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan lain setelahnya. Seorang hamba yang amalannya diterima oleh Allah Ta’ala, maka ia akan diberikan taufik untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan lain setelahnya. Karena sejatinya amal saleh dan kebaikan merupakan rantai yang tak terputus. Selesai melakukan sebuah ketaatan, maka akan datang ketaatan berikutnya. Al-Qur’an menggambarkannya sebagai berikut.

“Maka, barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan).” (QS. Al-Lail: 5-7).

Saat Allah menerima puasa kita di bulan Ramadan, maka selepas bulan Ramadan diri kita pun insyaAllah akan dimudahkan untuk mengerjakan puasa-puasa lainnya. Yang paling dekat dengan bulan Ramadan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

“Siapa saja yang berpuasa Ramadan, kemudian diikuti puasa enam hari pada bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama satu tahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).

Ketiga, ada pengaruh positif yang dirasakan setelah beramal di bulan Ramadan. Amal saleh yang diterima oleh Allah Ta’ala maka akan memberikan dampak positif bagi pelakunya, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Yang paling besar dan paling mudah untuk dirasakan adalah kebahagiaan di dunia ini. Allah Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Dengan selesainya bulan Ramadan bukan berarti semangat kita dalam beramal menjadi lemah, kemaksiatan yang sebelumnya kita lakukan kembali dilakukan. Perbanyak berdoa kepada Allah Ta’ala agar Allah menerima seluruh amal ibadah yang kita lakukan di bulan yang mulia ini. Karena Allah-lah satu-satunya yang akan memberikan taufik kepada kita dan Dia-lah satu-satunya yang akan menerima dan menghitung amal ibadah kita (Idris, 2023).

Dengan melihat tiga tanda diterimanya amal secara umum, setidaknya secara personal kita bisa mengidentifikasi setelah Ramadan berakhir apakah shaum kita diterima atau tidak oleh Alla SWT. Tentu saja kita berharap semua amalan kita selama Ramadan kemarin diterima Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.

*) Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP dan Kabag. Penelitian LPPM USB YPKP

 

 

 

Sumber: