Apa Bukti Shaum Ramadhan Kita Diterima Allah SWT?
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP dan Kabag. Penelitian LPPM USB YPKP, Adi Permana Sidik.--
Oleh: Adi Permana Sidik*
PERTANYAAN di atas tentu saja tidak mudah untuk dijawab. Namun pertanyaan itu juga harus dijawab atau setidaknya diketahui dalam konteks itu sebagai bagian dari proses refleksi diri.
Ramadan Telah Berakhir
Saat tulisan ini sampai ke pembaca, hampir dipastikan Ramadan 1445 Hijriyah sudah berakhir. Waktu 29-30 hari di bulan Ramadan terasa berlalu sangat cepat. Baru saja merasa masuk ke bulan Ramadan tiba-tiba sudah berada di akhir Ramadan. Orang-orang beriman pada umumnya merasa sedih ketika Ramadan berakhir. Sedih karena tentu peluang untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin sudah tertutup. Bahkan ada salah satu hadits yang menyebutkan bahwa makhluk-makhluk besar di langit dan bumi beserta malaikat ikut menangis karena Ramadan sudah berakhir.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
“Jika malam Ramadhan berakhir, seluruh makhluk-makhluk besar, di segenap langit dan bumi, beserta malaikat ikut menangis. Mereka bersedih karena bencana yang menimpa umat Muhammad saw.”
Para sahabat bertanya, “Bencana apakah ya Rasul?”
Nabi menjawab “Kepergian bulan Ramadhan. Sebab di dalam bulan Ramadhan segala doa terkabulkan, Semua sedekah diterima dan amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya, penyiksaan sementara di hapuskan.”
Ulama-ulama yang shalih juga senantiasa bersedih ketika Ramadan akan berakhir. Kesedihan tersebut misalnya bisa tergambar dari ungkapan seorang ulama bernama Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab Lathaif Al-Ma’arif. Ia berkata, “Bagaimana bisa seorang mukmin tidak menetes air mata ketika berpisah dengan Ramadan, sedangkan ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi” (LSPT, 2022).
Tanda-Tanda Amalan Shaum Diterima Allah SWT
Selain bersedih, para ulama terdahulu ketika Ramadan akan berakhir mereka senantiasa berdo’a agar shaum dan amalan-amalan lainnya diterima oleh Allah SWT. Mualla’ bin Fadhl rahimahullah pernah berkata.
“Dahulu kala mereka berdoa kepada Allah Ta’ala selama enam bulan agar Allah Ta’ala pertemukan mereka dengan bulan Ramadan. Mereka juga berdoa selama enam bulan (setelahnya) agar Allah Ta’ala menerima (amal ibadah) mereka (di bulan Ramadan).”
Dari pernyataan di atas, bisa terlihat bagaimana sikap ‘tawadhu mereka kepada Allah SWT. Meskipun pada hakikatnya para ulama tersebut adalah orang-orang shalih dan taat beribadah mereka tetap memiliki kekhawatiran jika amalan-amalan yang sudah dilakukannya tidak diterima Allah SWT.
Sumber: