Sekjen PBB Ungkap Jeda Kemanusiaan yang Tidak Dapat Menyelesaikan Masalah Utama
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara kepada media di markas besar PBB di New York City (22/2)--ANTARA/Xinhua/Xie E/aa
RADAR JABAR - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa (28/11) mendorong untuk mencapai gencatan senjata penuh di Jalur Gaza. Ia menyatakan bahwa jeda kemanusiaan antara Israel dan kelompok perlawanan Hamas Palestina, meskipun merupakan simbol harapan, tidak akan menyelesaikan masalah utama yang dihadapi.
"Pertama-tama, saya ingin mengatakan bahwa jeda kemanusiaan merupakan langkah ke arah yang benar - merupakan simbol harapan, tetapi itu tidak menyelesaikan masalah utama yang kita hadapi," ujar Antonio Guterres dalam konferensi pers dengan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki.
Lebih lanjut, Guterres menekankan perlunya gencatan senjata kemanusiaan yang mengarah pada pembebasan sandera tanpa syarat dan segera. Dia juga menyuarakan kemungkinan memberikan bantuan kemanusiaan secara efektif kepada seluruh warga di Gaza, di mana pun mereka tinggal.
BACA JUGA:Menyentuh Hati! Ini Isi Terjemahan Surat Dari Tahanan Israel untuk Hamas
"Oleh karena itu, kami menekankan perlunya gencatan senjata kemanusiaan yang mengarah pada pembebasan sandera tanpa syarat dan segera, serta kemungkinan memberikan bantuan kemanusiaan secara efektif kepada seluruh warga di Gaza, di mana pun mereka tinggal," lanjutnya
Dalam tanggapannya terhadap pertanyaan tentang rencana pemerintah Israel untuk melanjutkan pertempuran setelah berakhirnya jeda.
"Pesan saya sangat jelas. Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan."ujar Guterres
BACA JUGA:Kepresidenan Palestina Mengutuk Pernyataan Rasis Geert Wilders
"Kita mengalami situasi kemanusiaan yang dramatis. Pada saat yang sama, kami ingin pembebasan penuh seluruh sandera yang kami yakini harus dilakukan tanpa syarat dan segera, tetapi kita juga memerlukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, sekarang juga," tambahnya
Pada Senin malam, Qatar mengumumkan kesepakatan untuk memperpanjang jeda kemanusiaan empat hari awal selama dua hari tambahan guna memungkinkan pertukaran sandera lebih lanjut. Serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah menimbulkan korban lebih dari 15 ribu orang, termasuk 6.150 anak-anak dan 4 ribu perempuan, sementara jumlah korban tewas di Israel mencapai 1.200 orang.*
Sumber: antara