Mengenal Sejarah dan Sisi Gelap Indomie, Popularitas Mie Gaga Meroket

Mengenal Sejarah dan Sisi Gelap Indomie, Popularitas Mie Gaga Meroket

Sejarah dan Sisi Gelap Indomie yang Buat Popularitas Mie Gaga Meroket, Berawal dari Konflik antara Djajadi Djaja dan Sudono Salim-Radar Jabar-

RADAR JABAR – Sebagi produk mie asli Indonesia yang telah mendunia, Indomie memiliki sisi gelap dalam sejarahnya. Meskipun dikenal sebagai produk dari Salim Group, sedikit yang mengetahui bahwa penggagas awal Indomie adalah Jayadi Jaya, seorang pengusaha yang kini memimpin produk mie Gaga.

Bagaimana sebenarnya asal-usul Indomie dan bagaimana akhirnya Salim Group mengambil alih? Berikut adalah kisah perseteruan antara Sudono Salim, Bos Indomie saat ini, dengan Djajadi Djaja sebagai penemu racikan legendaris Indomie yang kini memproduksi Mie Gaga.

Pada awalnya, Djajadi Djaja dan empat rekannya mendirikan Jangkar Jati Group pada tahun 1964. Setelah itu, Djajadi mendirikan PT Sanmarufood Menu Factory pada 1972, yang memproduksi mie instan dengan merek Indomie.

Pada puncak kesuksesan mereka pada akhir 1970-an, muncul produk Sarimi dari Salim Group. Di saat itulah Sudono Salim, pendiri Salim Group, mengajak Djajadi untuk bermitra.

Sudono memiliki pengaruh yang kuat dan hubungan dekat dengan Presiden Soeharto. PT Bogasari milik Sudono juga menjadi pemasok tepung terigu utama bagi perusahaan Djajadi.

Kondisi ini membuat Djajadi terpaksa bermitra dengan Sudono dan mendirikan PT Indofood International Corporation pada tahun 1984. Pembagian sahamnya adalah 42,5% untuk Salim dan 57,5% untuk Djajadi.

BACA JUGA:Nikmatnya Kelezatan Varian Mie Gaga 100: Pilihan Mie Instan Menggugah Selera

Selain itu, PT Wicaksana milik Djajadi bertindak sebagai distributor produk dari perusahaan ini. Sehingga produksi Indomie secara efektif diambil alih oleh perusahaan baru ini.

Profil Singkat Sudono Salim

Sudono Salim, atau bernama asli Lim Si Yuliong, lahir pada 16 Juli 1916 di Fujian, China. Ia berasal dari keluarga sederhana dengan latar belakang petani dan penjual mie. Kehidupan awalnya sangat sulit.

Sudono merantau ke Indonesia pada usia 23 tahun dan bekerja di berbagai pekerjaan, termasuk di pabrik kerupuk dan tahu, setelah mendarat di Kudus, Jawa Tengah.

Ia mulai bisnis pertama dalam cengkeh dan tembakau, yang menghasilkan ekspansi ke dunia tekstil pada 1940-an saat Jepang menjajah Indonesia. Namun, bisnisnya jatuh saat bisnis tembakau dan cengkeh terganggu akibat penjajahan Jepang.

Sudono pindah ke Jakarta dan memulai bisnis baru di bidang logistik medis dan persenjataan untuk tentara. Pada tahun 1969, bersama tiga rekan, Sudono mendirikan PT Bogasari, perusahaan tepung terigu terbesar di Indonesia. Bisnisnya tumbuh pesat dan membentuk Salim Group yang dikenal saat ini.

Profil Singkat Djajadi Djaja

Sumber: