Berpolitik dengan Komedi. Komeng: Anak-anak Menangis Keluar Bubur

Berpolitik dengan Komedi. Komeng: Anak-anak Menangis Keluar Bubur

komedian Alfiansyah Bustami alias Komeng saat mendaftarkan diri sebagai calon DPD RI ke KPU Jabar-Istimewa-

RADARJABAR, BANDUNG - Kosa kata "uhuy" menjadi ciri khasnya sampai saat ini. Pun celetukannya. Suasana formal pun berubah pecah seketika.

Saat memasuki kawasan KPU Provinsi Jawa Barat, komedian Alfiansyah Bustami alias Komeng tetap konsisten dengan gayanya yang slengean.

Tampilannya formal: batik biru putih, celana hitam. Gayanya yang 'ngecol' tetap dia perankan. Komeng datang dengan komedian lainnya: Jarwo Kwat, Bopak Castello, Daus Separo, dan Rudi Sipit.

Kedatangan Komeng ke KPU Jabar bukan untuk menghibur. Dia mendaftar sebagai bakal calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Daerah Pemilihan Jabar.

Komeng merupakan warga yang tercatat berdomisili di daerah Bogor dan telah melalui tahap verifikasi administrasi dan verifikasi faktual sebelum melakukan pendaftaran pada Sabtu, 13 Mei 2023.

Komeng kini bisa mendaftar sebagai bakal calon DPD RI setelah beberapa waktu sebelumnya mengumpulkan sekitar 6.000 dukungan warga yang dibuktikan dengan salinan kartu tanda penduduk (KTP) sebagai salah satu persyaratan.

Meski sempat berkomedi saat menyampaikan sambutan, Komeng menyampaikan tujuannya terjun ke dunia politik. Dia mengaku tidak tertarik. Melainkan terulur. Baginya, dua kata tersebut sangat berbeda.

"Sebenarnya saya tidak tertarik, tapi terulur. Karena kalau tertarik itu terpaksa, tapi kalau terulur mengalir mengikuti kata hati," kata Komeng dengan slengeannya.

Dia menjelaskan, berpolitik dengan komedian masih relavan di Indonesia. Dia menyebutkan, komedi dikerjaan Indonesia itu satir. Bahkan kerap dijadikan hiburan untuk para raja.

Menurut Britannica, satir adalah bentuk artistik dalam sastra atau drama, di mana kejahatan, kebodohan, atau kekurangan manusia diangkat untuk dikecam, diejek, dan diolok-olok. Satir kadang juga digunakan untuk mendorong terjadinya reformasi sosial.

"Jadi kalau komedi itu disebuah kerajaan di Indonesia itu satir. Jadi kalau raja ingin hiburan dia akan melawak sambil mencerikan keadaan kerajaannya," jelas Komeng.

"Ada jalan yang kering di suatu daerah, saking keringnya sampai anak-anak nangis keluar bubur. Tapi raja tertawa dan tahu bahwa ditempatnya ada yang kekeringan," Komeng mengumpamakan.

Dia mengaku, Kadang-kadang berbuat sesuatu menjadi tranding topik, padahal niatnya satir. Kendati demikian, dengan menjadi anggota DPD, dia berharap satir-satirnya itu bisa membawa perubahan bagi bangsa.

"Mudah-mudahan dengan komedi saya memang tidak bisa begitu menyejahterakan masyarakat Jawa Barat, tapi paling tidak saya bisa membahagiakan karena dengan komedi itu pemantik untuk kebahagiaan," tandas Komeng.***

Sumber: komeng berpolitik