Karbon Dioksida Bumi Sangat Mengkhawatirkan pada Tahun Sekarang, Sinyal Bahaya bagi Manusia?
The Mauna Loa Observatory di Hawaii adalah situs patokan untuk mengukur karbon dioksida, atau CO2. NOAA dan Scripps Institution of Oceanography melakukan pengukuran independen dari stasiun ini di lereng gunung berapi Mauna Loa.-(Foto: NOAA)-
radarjabar.disway.id — Para ilmuwan telah melakukan penelitian dan menemukan bahwa karbon dioksida di udara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Peningkatan karbon dioksida tersebut mendorong atmosfer lebih jauh ke wilayah yang tidak terlihat selama jutaan tahun.
Para ilmuwan melakukan pengamatan lewat pengukuran di puncak gunung Pulau Besar, yang terletak di Hawaii. Hasilnya, peningkatan 1,8 ppm terjadi selama 2021.
“Ilmu pengetahuan tidak dapat disangkal. Manusia mengubah iklim kita dengan cara yang harus disesuaikan dengan ekonomi dan infrastruktur kita,” kata Administrator NOAA Rick Spinrad, Ph.D, dikutip dari laman NOAA, Jumat (3/6/2022)
“Dampak perubahan iklim di sekitar kita bisa kita lihat setiap hari. Peningkatan karbon dioksida tanpa henti yang diukur di Mauna Loa adalah pengingat nyata bahwa kita perlu mengambil langkah-langkah serius dan mendesak untuk menjadi Negara yang Lebih Siap Iklim.” ujarnya lebih lanjut.
Penelitian menunjukkan bahwa polusi CO2 merupakan buntut dari pembakaran bahan bakar fosil dari transportasi dan pembangkit listrik, penggundulan hutan, dan masih banyak lagi.
Peningkatan CO2 tersebut akan mengakibatkan bumi terus menghangat memanas. Itu kemudian mengakibatkan cuaca ekstrem, kekeringan, fenomena kebakaran hutan, kemudian membikin curah hujan lebih tinggi, banjir, dan badai tropis.
Selain itu, dampak dari polusi gas rumah kaca akan membuat suhu permukaan laut mengalami peningkatan, permukaan laut menaik. Itu kemudian diserap oleh lautan sehingga mengakibatkan air laut jadi lebih asam, memangkas oksigen laut. Dan itu akan menyebabkan bahaya bagi organisme laut untuk bertahan hidup.
Sebelum Revolusi Industri, kadar CO2 secara konsisten berada di sekitar 280 ppm selama hampir 6.000 tahun peradaban manusia. Sejak itu, manusia telah menghasilkan sekitar 1,5 triliun ton polusi CO2, yang sebagian besar akan terus menghangatkan atmosfer dalam waktu ke depan.
Tingkat CO2 sekarang sebanding dengan iklim pada zaman Optimum Pliosen, antara 4,1 dan 4,5 juta tahun yang lalu, ketika mendekati, atau di atas 400 ppm.
Pada saat itu, permukaan laut antara 5 dan 25 meter lebih tinggi dari hari ini. Hal tersebut sudah cukup tinggi untuk menenggelamkan banyak kota modern terbesar di dunia.
Suhu rata-rata 7 derajat Fahrenheit lebih tinggi daripada di masa pra-industri, dan penelitian menunjukkan bahwa hutan besar menempati tundra Arktik saat ini.
Apa itu karbon dioksida?
Jika karbondioksida mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, maka itu artinya tanda buruk bagi umat manusia.
Mengutip Alodokter, karbon dioksida (CO2) adalah gas limbah yang diproduksi sebagai hasil metabolisme sel di dalam tubuh.
Pertama, kendati merupakan gas limbah, namun CO2 merupakan hal yang penting bagi manusia dan makhluk-makhluk lain.
Kedua, yang menjadi masalah adalah ketika CO2 itu mengalami kekurangan atau kelebihan. Sejalan dengan penelitian para ilmuwan di atas, maka kondisi berbahaya yang sedang terjadi adalah umat manusia berpotensi mengalami kelebihan CO2.
Karbon dioksida yang terlalu tinggi akan menjadi racun bagi tubuh. Dengan begitu, ia merupakan ancaman serius bagi tubuh, sebab dapat menyebabkan penyakit seperti asidosis.
Selain itu, karbon dioksida yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan mual, muntah, pusing, sakit kepala, dan peningkatan detak jantung. Kondisi terburuknya adalah, ia dapat mengakibatkan kejang, koma, dan kematian.
Dalam penelitian di atas, konsentrasi karbon dioksida yang mengalami peningkatan tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia. Terutama, karena gaya hidup.
Penggunaan bahan bakar fosil tetap menjadi salah satu penyebab utama. Padahal, PBB, lewat IPCC, telah menyatakan perang terhadap penggunaan bahan bakar fosil.
Ia merupakan musuh utama dari agenda internasional yang menyatakan bahwa kita wajib mengurangi separuh emisi sebelum tahun 2030 guna menghindari dampak bahaya akibat perubahan iklim.
Para ilmuwan yang terhimpun dalam IPCC menegaskan bahwa kita belum terlambat untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C pada tahun 2030. (Baca selengkapnya di sini)
Maka dari itu, Indonesia, sebagai salah satu anggota PBB, juga turut memperhatikan isu ini. Dengan kata lain, Indonesia juga harus terlibat dalam agenda memerangi bencana iklim yang sudah, sedang, dan akan terjadi.
Sumber: noaa