RADAR JABAR - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan bahwa Indonesia perlu berhati-hati terhadap dampak kebijakan proteksionisme yang mungkin diberlakukan Amerika Serikat (AS) jika Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Ia mengingatkan bahwa langkah-langkah proteksionis dapat memperkuat dolar AS, yang berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah.
“Kita melihat lagi dampak masa jabatan Presiden Trump kedua ini, perlambatan (ekonomi) dunia, PDB dunia akan lebih rendah, dan inflasi global lebih tinggi, karena kita takut dolar AS tambah kuat, akan kena ke rupiah kita,” ujar Luhut dalam pidatonya pada acara public lecture yang digelar Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Jakarta, Senin (2/12).
Untuk menghadapi situasi ini, Luhut menekankan pentingnya Indonesia bersikap strategis dalam hubungan dengan AS. Ia menjelaskan bahwa Trump dikenal sebagai pemimpin pragmatis yang cenderung bereaksi keras terhadap kebijakan yang dianggap merugikan kepentingannya.
BACA JUGA:Pesan Habib Rizieq Unruk Massa Reuni Akbar PA 212 Di Monas
BACA JUGA:Cara Unik Polisi Tangkap Pelaku Pencabulan di Pesantren Cikande, Fasilitas Ponpes Dirusak Warga
“Ini kan banyak dampak politik dari setiap kebijakan yang kita buat, karena Presiden Trump itu, saya paham mengenai dia, orang yang pragmatis. Dari cara yang menyangkut kepentingan dia, dia akan bereaksi dengan keras,” jelasnya.
Luhut juga menyoroti pembentukan Kementerian Efisiensi AS atau Department of Government Efficiency (DOGE), yang rencananya akan dipimpin oleh Elon Musk. Ia menilai langkah ini menunjukkan komitmen Trump untuk mengurangi pengeluaran pemerintah secara signifikan, yang juga harus diantisipasi oleh Indonesia.
“Saya lihat menteri efisiensinya dia, si Elon Musk yang saya kenal baik juga, itu pasti mereka akan melakukan itu, dan dia akan cut budget dia (AS) sampai 2 triliun dolar AS. Artinya apa? Akan banyak efisiensi,” kata Luhut.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menambahkan bahwa ada sejumlah risiko yang harus dihadapi Indonesia jika Trump memenangkan pemilihan presiden AS tahun ini. Salah satu kekhawatirannya adalah kembalinya kebijakan "American First Policy" yang berfokus pada proteksionisme perdagangan.
BACA JUGA:Kemenperin Fokuskan Pengembangan Gen Z Melalui Industrial Festival 2024, Catat Jadwalnya!
BACA JUGA:Hasto Sebut PDIP Berhasil Menang Pilkada di 14 Provinsi dan 247 Kabupaten/Kota
Kebijakan ini diperkirakan akan memperburuk perang dagang dengan China, yang dapat memberikan tekanan pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
"Pertama proteksionisme, ada probability akan dilakukannya lagi, kemudian trade war yang semakin keras dibandingkan dengan periode Joe Biden," ujar Andry.
Andry juga menyoroti potensi perlambatan transisi energi di bawah kepemimpinan Trump. Menurutnya, dukungan terhadap kebijakan perubahan iklim mungkin akan berkurang, sehingga memperlambat upaya transisi energi global.