10 Kekurangan Smartphone Android Dibandingkan Produk Apple

Senin 25-11-2024,20:48 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Beberapa smartphone masih memiliki ketidakjelasan mengenai jaminan pembaruan sistem operasi. Kami bersyukur bahwa beberapa merek populer, seperti Samsung, Vivo, dan Oppo, kini memberikan jaminan pembaruan yang panjang dan jelas.

Namun, masih ada beberapa merek yang menerapkan sistem "jual putus", di mana setelah penjualan smartphone, tidak ada kejelasan mengenai keberlanjutan pembaruan platform. Tidak jelas kapan dan apakah perangkat akan mendapatkan pembaruan, dan jika iya, pembaruan apa yang akan diterima.

Meskipun tidak ada jaminan untuk upgrade ke versi Android terbaru, masalah menjadi lebih besar jika pembaruan keamanan juga jarang diterima. Sebagai pembeli, kita berhak mendapatkan smartphone yang bisa terus digunakan dengan aman selama masa dukungannya.

5. Jadwal Pembaruan yang Tidak Serentak

Masalah lainnya terkait dengan pembaruan sistem operasi yang tidak serentak. Banyak merek smartphone Android yang merilis pembaruan OS dengan jadwal yang berbeda-beda di setiap wilayah, dan seringkali wilayah Indonesia menerima pembaruan lebih lambat.

Masalah ini bahkan masih terjadi pada lini flagship, seperti Samsung Galaxy S Series atau Z Series, yang kadang mendapatkan jadwal upgrade One UI tidak serentak, dan di Indonesia pembaruan tersebut cenderung lebih lambat.

Sementara itu, jika kita melihat Apple dengan iPhone-nya atau Google dengan Google Pixel-nya, mereka mampu merilis pembaruan OS secara serentak, sehingga semua pengguna mendapatkan pengalaman yang sama saat OS baru dirilis pada hari yang sama.

Bahkan untuk pembaruan beta, banyak merek Android yang membedakan jadwalnya antar wilayah; ada yang sudah bisa di wilayah tertentu, tetapi belum bisa di wilayah lainnya.

6. Platform OS yang Terlalu Dimodifikasi

Beberapa kustomisasi Android dari merek smartphone sering kali terasa berlebihan. Tidak hanya dari segi tampilan, tetapi juga fitur, animasi, dan lainnya yang jauh dari pengalaman Android murni (pure Android).

Bahkan, tidak jarang kustomisasi tersebut membuat ponsel terasa lebih berat untuk dioperasikan atau kehilangan pengalaman-pengalaman unik dari Android itu sendiri. Misalnya, saat kami unboxing ZTE Nubia Music, kami menemukan bahwa OS pada ponsel ini memodifikasi Google Discover, yang biasanya berisi berita-berita sesuai minat kita saat menggeser ke kanan.

Fitur ini digantikan dengan Zboard yang berisi widget dan berita yang relevansinya jauh lebih rendah dari Google Discover. Meskipun ini tergantung selera, kami pribadi lebih menyukai pengalaman yang mendekati Android murni, yang simpel, ringan, dan fungsional. Seiring berjalannya waktu, pengalaman Android murni semakin sulit ditemukan pada smartphone Android, terutama yang dirilis resmi di Indonesia.

7. Android Dekat dengan Stock Semakin Langka

Google Pixel, yang merupakan lini smartphone dengan Android vanila (stock Android) yang ringan dan simpel, tidak tersedia secara resmi di Indonesia.

Dulu, ada program Android One yang diikuti oleh Nokia dan Xiaomi, yang menawarkan pengalaman mendekati Android murni. Namun, program ini kini sudah tidak dilanjutkan.

8. Sering Meniru Apple

Beberapa merek smartphone Android tampak kurang percaya diri. Ketika Apple merilis sesuatu, sering kali mereka merespons dengan merilis produk yang mirip atau meng-upgrade produk mereka agar terlihat lebih serupa dengan produk terbaru Apple. Padahal, smartphone Android buatan mereka sudah keren dan bahkan di banyak sisi lebih unggul.

Contoh yang sederhana adalah ketika Apple menghilangkan jack headphone di iPhone. Sebenarnya, smartphone Android tidak perlu mengikuti langkah tersebut, namun kini semakin sulit untuk menemukan jack headphone pada smartphone Android, terutama di kelas mid-range hingga flagship.

Begitu juga saat Apple menghilangkan kepala charger dalam paket penjualannya, beberapa merek smartphone Android ikut mengikuti kebijakan tersebut. Bahkan, Samsung kini tidak menyertakan kepala charger di lini flagship maupun seri mid-range dan entry-level. Beruntung, beberapa merek lain seperti Oppo, Vivo, dan beberapa merek asal Tiongkok lainnya tetap menyertakan kepala charger dalam paket pembelian mereka.

Sebagai contoh, ZTE Nubia Music, yang harganya hanya sekitar satu juta, sudah menyertakan casing transparan, dua headset, kepala charger, dan lain-lain. Biarkan Apple dengan segala keputusannya, tidak perlu selalu meniru.

Kategori :