Mengenal Sistem Kapitalisme yang Menjangkiti Generasi Muda Melalui Media Sosial

Minggu 25-08-2024,21:02 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Meskipun efek sampingnya mungkin tidak terasa dalam waktu dekat—karena banyak yang menganggap ini sebagai kemajuan—dalam jangka panjang, misalnya 10 hingga 20 tahun ke depan, ketergantungan kita terhadap energi listrik akan semakin nyata.

Semua kebutuhan dan kegiatan kita akan bergantung pada energi ini, dan tidak ada yang bisa memastikan bahwa ini sepenuhnya aman. Bisa saja suatu saat nanti muncul masalah dengan energi listrik yang dapat menyebabkan kehidupan di dunia ini terhenti seketika. Para kapitalis hanya membutuhkan sedikit usaha untuk mengendalikan hidup kita.

Logikanya, tidak mungkin mereka menciptakan suatu proyek tanpa adanya keuntungan dan kendali atas kehidupan kita. Di era kapitalisme, para kapitalis menciptakan sesuatu dengan tujuan utama untuk kepentingan mereka sendiri.

Saat ini, Elon Musk mungkin baru gencar mempromosikan mobil listrik, tetapi bayangkan jika dia mulai merambah ke teknologi lain yang juga bergantung pada listrik.

Secara tidak langsung, hampir semua kebutuhan kita akan bergantung pada listrik, dan para elit yang telah merencanakan ini sejak awal akan memiliki kendali yang sangat besar atas kebutuhan vital tersebut.

Situasi ini mirip dengan bagaimana para elit mengontrol keuangan; kita terpaksa bekerja di tempat yang mungkin tidak kita sukai untuk mendapatkan uang, sementara uang itu sendiri dicetak oleh manusia. Artinya, para elit ini memiliki kuasa untuk mengendalikan hidup kita melalui uang yang mereka atur.

Kami sendiri merasa khawatir, terutama di Indonesia. Kita memiliki sumber daya alam yang melimpah yang seharusnya bisa mendukung teknologi listrik, tetapi sayangnya, masih banyak oknum pemerintah yang hanya mementingkan keuntungan pribadi.

Jika situasi ini terus berlanjut, saya yakin kemiskinan di dunia akan semakin meningkat, dan hidup kita akan semakin sulit terlepas dari kendali mereka.

Digital Obsesion

Meskipun sebagian orang mungkin tidak menyadarinya, kapitalisme sebenarnya mengendalikan kita secara tidak langsung melalui platform media sosial seperti TikTok, YouTube, Instagram, dan aplikasi lainnya.

Para kapitalis memanfaatkan algoritma media sosial untuk memahami apa yang kita butuhkan dan apa yang membuat kita betah berlama-lama di depan layar ponsel. Yang lebih parah, hal ini bisa menyebabkan kecanduan, karena waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal produktif malah habis begitu saja untuk scroll tanpa tujuan yang jelas.

Apalagi, ketika kita sudah lelah bekerja atau belajar, kebanyakan orang cenderung mencari hiburan di media sosial untuk menghilangkan stres. Sebenarnya, hal ini wajar saja, tetapi jika sampai kecanduan, kehidupan kita akan sulit berkembang karena kita terjebak dalam kendali yang tidak kita sadari.

Ditambah lagi, dengan semakin diandalkannya AI, orang semakin malas berpikir dan berinovasi. Inilah yang diinginkan oleh para kapitalis—agar kita tidak kritis terhadap rencana-rencana yang ingin mereka lakukan. Mereka ingin hidup kita hanya berputar-putar pada rutinitas kerja, pulang, scrolling media sosial, tidur, dan begitu seterusnya. Mereka takut jika kita mulai berpikir kritis.

BACA JUGA:5 Hal yang Membuat Media Sosial Jadi Berbahaya

BACA JUGA:Daftar 10 AI Tools Terbaik Media Sosial, Ada Apa Saja?

Algoritma yang diberikan kepada kita diarahkan pada konten-konten yang tidak jelas karena mereka tidak ingin kita berpikir. Lihat saja konten-konten di media sosial sekarang; banyak yang tidak bermutu, seperti drama, tren yang tidak jelas, hingga munculnya standar TikTok karena begitu banyak orang yang terobsesi dengan hal ini.

Masalahnya, tidak semua orang mampu menyaring mana yang benar dan mana yang buruk untuk dikonsumsi. Banyak orang sekarang yang mudah terpengaruh oleh konten-konten tidak jelas.

Kategori :