Mengenal Sistem Kapitalisme yang Menjangkiti Generasi Muda Melalui Media Sosial

Minggu 25-08-2024,21:02 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Efek sampingnya bisa berlipat ganda—fokus kita teralihkan oleh media sosial, dan kita menjadi frustrasi karena terlalu sering terpapar konten yang memperbodoh.

Selain itu, media sosial sering membuat orang merasa tidak percaya diri karena mereka membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna. Padahal, jika kita renungkan, titik awal dan proses kita masing-masing berbeda, sehingga hasilnya pun jelas akan berbeda.

Tren-tren di media sosial juga secara tidak langsung memperbudak kita untuk terus mengikuti dari satu tren ke tren lainnya. Akibatnya, kita akan merasa lelah memaksakan diri hanya untuk mengikuti tren terkini.

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran ini adalah dengan menjadi lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan, jika memungkinkan, lebih banyak meluangkan waktu untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.

BACA JUGA:Isu KPR 35 Tahun, Dukung Milenial dan Gen Z Buat Punya Rumah?

BACA JUGA:6 Manfaat Rehat Bermain Media Sosial untuk Kesehatan Mental dan Fisik

Tidak dapat dipungkiri bahwa di era digital saat ini, sulit untuk sepenuhnya terhindar dari pengaruh kapitalisme, karena teknologi dan media sosial sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa kita hanya bisa pasrah dengan situasi tersebut. Sebagai individu, kita harus lebih bijak dalam memilih apa yang ingin dikonsumsi dan lebih sadar saat menggunakan teknologi. Jangan sampai kita menjadi seperti robot yang hanya mengikuti perintah tanpa memahami konsekuensi jangka panjangnya.

Jika tidak ingin terjebak dalam sistem kapitalisme ini, sebenarnya caranya sederhana—kita hanya perlu memiliki pemikiran yang netral sebelum memutuskan untuk mengikuti tren di media sosial. Misalnya, ketika hendak membeli sesuatu, pertimbangkan dulu apakah barang tersebut benar-benar penting bagi kita atau hanya untuk memuaskan hasrat demi mendapatkan validasi dari orang lain.

Namun, di tengah dinamika kapitalisme ini, ada sisi positif yang bisa kita nikmati. Contohnya, seperti yang telah kita bahas tentang perkembangan mobil listrik. Inovasi ini sebenarnya sangat baik karena perlahan-lahan mengurangi emisi yang selama ini banyak dikeluarkan oleh kendaraan konvensional. Selain itu, yang tadinya seluruh dunia bergantung pada bahan bakar fosil, sekarang kita memiliki opsi lain yang lebih ramah lingkungan.

Meskipun kapitalisme seringkali berorientasi pada keuntungan, setidaknya mereka juga menunjukkan dampak positif yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Jika ada yang menganggap kapitalisme ini jahat dan selalu mengambil alih hidup kita, kita harus menerima kenyataan pahit bahwa kapitalisme sering kali menawarkan solusi yang memang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pada akhirnya, semua keputusan kembali kepada kita masing-masing. Meskipun kapitalisme bisa mengendalikan hidup kita, hanya diri kita sendiri yang bisa memilih apakah akan memanfaatkan teknologi ini dengan cara yang positif atau justru terjebak dalam rutinitas yang tidak produktif, sehingga hidup kita mudah dimainkan oleh para kapitalis.

Kategori :