5 Alasan Mengapa Produk Buatan China Murah dan Berkualitas

Rabu 17-07-2024,12:53 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Dalam tulisan yang terbit di Investory, dijelaskan bahwa selain biaya tenaga kerja yang rendah, Tiongkok dikenal sebagai "pabrik dunia" karena ekosistem bisnisnya yang kuat, kurangnya kepatuhan terhadap peraturan pajak, bea yang rendah, serta praktik mata uang yang kompetitif.

Selain menggunakan buruh yang dibayar berdasarkan kelayakan upah di wilayah masing-masing dan kemampuan membuat atau merakit produk dalam skala yang sangat besar, pemerintah Tiongkok juga disinyalir menggunakan para tahanan sebagai buruh murah.

Dalam berbagai pemberitaan, tenaga kerja tahanan adalah hal biasa di Tiongkok. Undang-undang menyatakan bahwa tahanan yang dapat bekerja harus melakukan apa yang dikenal dengan sistem reformasi melalui tenaga kerja.

Namun, yang mungkin terdengar tidak manusiawi adalah bahwa pemerintah Tiongkok menahan lebih dari satu juta kaum Muslim Uighur dan menjadikan mereka buruh kasar. Sebagian besar tahanan akan dimasukkan ke kamp-kamp penjara di mana mereka akan "dididik ulang" dan diajari hal-hal baru yang berkaitan dengan produktivitas, sembari menghapus identitas lama, terutama yang berbau agama.

Kendati demikian, pemerintah Tiongkok membantah tudingan tersebut dengan dalih bahwa itu bukanlah penjara, melainkan sekolah untuk mengajarkan para tahanan keterampilan baru sebelum mereka bebas dan dipekerjakan sebagai buruh, baik di pabrik-pabrik, sebagai pembantu rumah tangga, tukang cukur, maupun pekerjaan kasar lainnya.

Yang menarik, tidak sedikit dari tahanan ini dahulunya merupakan pedagang atau petani yang lahannya dinyatakan ilegal oleh batas-batas tempat dan teknologi.

4. Banyak Pabrik Produk Merek Terkenal

Jika Amerika Serikat memiliki Chicago, Detroit, dan Silicon Valley sebagai pusat industri teknologi dan digital, maka Tiongkok memiliki Shenzhen sebagai domain utama industrinya.

Perusahaan besar seperti Microsoft, Samsung, Apple, Sony, Canon, dan merek besar lainnya memilih membangun pabrik mereka di wilayah tersebut.

Keunggulan utama yang dimiliki kota Shenzhen adalah menempatkan seluruh kawasan industri dalam jarak yang berdekatan. Jadi, jika suatu entitas industri ingin membuat sebuah produk, misalnya laptop, maka akan sangat mudah mendapatkan bahan baku atau langsung meminta pada pemasok untuk segera dibuatkan bagian-bagian tertentu sesuai dengan keinginan.

Bandingkan jika produsen mengirim desain ke pabrik-pabrik yang ada di Eropa atau Amerika. Dibutuhkan waktu paling cepat sepekan dan maksimal sebulan untuk menunggu, sementara di Shenzhen, hal tersebut hanya memerlukan waktu 2-4 hari. Penanganan hampir semua bagian yang dibutuhkan telah tersedia.

BACA JUGA:10 Ucapan Imlek 2024 yang Penuh Makna, Menyambut Tahun Baru Cina dengan Harapan dan Kesejahteraan

Hal ini sangat mungkin mengingat Tiongkok menerapkan pola sumber terbuka (open source), khususnya dalam bidang perangkat keras, dan pembangunan berbasis kebutuhan serta produktivitas. Poin inilah yang mungkin menjadikan Tiongkok terlihat kontras dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.

5. Punya Sistem Keuangan Sendiri

Berbeda dengan kebanyakan bank sentral, Bank Sentral Tiongkok memilih untuk mencetak uangnya sendiri tanpa perlu berhutang dari bank sentral internasional. Namun, kebijakan ini dikhususkan untuk pembangunan dan perdagangan dalam negeri. Sistem ini sendiri disebut sebagai teori moneter modern (MMT).

Meskipun pemerintah Tiongkok tidak pernah mengakuinya secara terbuka, cara ini dianggap sangat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi negara. Sederhananya, misalnya suatu negara ingin membangun proyek infrastruktur, seperti ibu kota baru.

Pemerintah yang bersangkutan tentu membutuhkan dana tambahan untuk mencukupkan dana yang sebelumnya telah dianggarkan. Untuk mendapatkan tambahan dana, bank sentral negara tersebut biasanya melakukan pinjaman, entah ke Bank Dunia atau IMF.

Namun, skema ini berbeda dengan yang dilakukan Tiongkok. Bank Sentral Tiongkok diketahui mencetak uang tanpa modal dasar, melainkan berdasarkan proyek. Sebagai contoh, Tiongkok membutuhkan sekitar 800 miliar Yuan untuk membangun sebuah kota baru. Di kota baru tersebut, akan ada berbagai fasilitas seperti rumah sakit, sekolah, dan pabrik-pabrik yang tentu akan menampung banyak tenaga kerja baru.

Kategori :