Relawan Perawat Amerika Ceritakan Kondisi di Kamp Pengunsi Gaza, 4 Toilet untuk 50 Ribu Orang

Rabu 08-11-2023,21:57 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

"Kami mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak harus tinggal. Mereka berkata, 'kalian juga keluarga' dan 'kami tidak akan pergi ke mana pun,” ujarnya.

Perawat mengatakan mereka akan meninggal dalam waktu seminggu jika staf setempat tidak melindungi mereka.

"Ada bom yang meledak di sekitar kita karena tidak ada tempat yang aman di Gaza. Bom-bom itu tidak meninggalkan kita sedetik pun,” katanya.

BACA JUGA:Jenazah Tentara Israel Bau Busuk Meski Baru Meninggal Satu Hari, Berbeda dengan Warga Gaza

Di perbatasan Rafah dan Mesir, katanya, staf nasionallah yang berbicara dengan para pejabat lalu membawa mereka ke dalam bus.

"Kami menyaksikan orang-orang luar biasa yang telah mengorbankan segalanya untuk kami, yang telah mengorbankan waktu bersama keluarga mereka, keselamatan fisik mereka, persediaan air mereka sendiri. Kami menyaksikan mereka berjuang untuk membawa kami melintasi perbatasan, mengetahui bahwa kami tidak membawa mereka bersama kami," katanya.

Saat ditanya apakah dia akan kembali ke Gaza, Callahan menjawab, " Dalam sekejap. Hati saya ada di Gaza, akan tetap di Gaza. Orang-orang Palestina yang bekerja bersama saya adalah orang-orang paling luar biasa yang pernah saya temui dalam hidup saya".

"Saya ingin mengingatkan masyarakat bahwa mereka yang tertinggal adalah pahlawan. Mereka tahu bahwa mereka akan mati dan mereka tetap memilih untuk tetap tinggal,” katanya.

Bermula saat Hamas melakukan serangan pada 7 Oktober di kota-kota Israel, yang menewaskan sekitar 1.400 orang, memicu serangan balik brutal di Jalur Gaza.

Serangan balasan dari Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 10.000 orang di Gaza, menurut perkiraan PBB.

Sementara itu, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, 10.328 orang telah tewas di Gaza sejak dimulainya perang, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak.

 

Kategori :