Namun, masalahnya adalah bahwa orang seringkali salah dalam menilai apakah sesuatu benar-benar "toksik" atau jika seseorang benar-benar memiliki gangguan bipolar hanya karena sifat introvert atau zodiak tertentu.
Intinya, kesadaran tentang kesehatan mental adalah hal yang positif, tetapi kita juga perlu berhati-hati dengan penyalahgunaan label dan diagnosis yang tidak tepat.
Diagnosis harus dilakukan oleh profesional yang kompeten, dan kita harus berpikir kritis tentang apakah label tersebut benar-benar mencerminkan kondisi seseorang atau hanya sebuah stereotip.
Masalahnya sebenarnya adalah pada penggunaan label dan diagnosis yang terlalu intensif. Karena siapapun jika merasa ada masalah, seharusnya mencari bantuan dari seorang profesional seperti seorang mentor atau seorang psikolog.
Itu bukan masalah, bahkan lebih baik jika ada masalah yang kita identifikasi dan kita berusaha mencari tahu apa yang salah dengan kita. Menggunakan tes kepribadian yang sah dan terpercaya dapat membantu dalam proses ini.
Namun, masalahnya adalah ketika seseorang diberi diagnosis tetapi tidak melakukan tindakan apapun untuk mengatasi masalah tersebut. Ini juga sering terjadi, terutama dalam konteks romantis atau dalam hal gangguan mental.
Orang seringkali merasa bahwa mereka memiliki gangguan mental hanya karena tren atau karena mereka ingin terlihat unik. Penanganan yang sebenarnya adalah langkah pertama dalam proses ini.
Fenomena Budaya Kebarat-baratan
Generasi sekarang, termasuk anak-anak Jakarta Selatan (Jaksel), dapat dianggap lebih terbuka pikirannya. Mereka lebih terbuka terhadap budaya baru, terutama budaya Barat.
Karena itu, banyak anak Jaksel yang lebih modern dan kreatif daripada generasi sebelumnya. Ini memiliki sisi positif, tetapi juga memiliki sisi negatif. Dengan banyaknya tren dan budaya asing yang diadopsi, ada risiko bahwa beberapa kebiasaan menjadi biasa bagi anak-anak Jakarta Selatan.
Ini dapat membuat mereka sulit untuk lebih toleran terhadap kebiasaan yang berbeda. Ini membuat sulit untuk merasakan empati terhadap kondisi mental orang lain.
Misalnya, saat ini banyak yang mengedepankan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau “Work, Life, Balance”. Namun, jika ada seseorang yang memilih untuk lembur, itu adalah pilihan mereka sendiri.
Seringkali mereka dianggap "toksik" atau dikecam karena tidak memprioritaskan kesehatan mental mereka. Jadi, meskipun generasi sekarang terbuka terhadap tren baru dan lebih kreatif, mereka juga perlu belajar untuk lebih toleran terhadap kebiasaan dan pilihan orang lain.
Label Masih Dianggap Penting
Terkadang, ketika orang tidak sejalan dengan kita atau kita melihat seseorang yang tidak mengikuti tren saat ini. Orang seringkali merespons dengan menghakimi atau bahkan membatalkan mereka.
Mengapa Anda tidak mendukung gerakan ini? Ini sering terjadi, terutama ketika seseorang mengidentifikasi diri mereka dengan suatu label, tetapi tidak mendukung gerakan yang terkait dengan label tersebut. Ini seolah-olah kita harus mengikuti semua aspek dari label tersebut.
Kemudian, ada kecenderungan untuk menjadi lebih autentik dan terbuka, terutama di kalangan generasi Z, bukan hanya anak-anak Jaksel. Mereka lebih berusaha untuk menunjukkan diri mereka yang sebenarnya di media sosial.
Sekarang, ketika melihat orang di media sosial, terasa seperti mereka adalah diri mereka yang sebenarnya, seperti dalam kehidupan sehari-hari. Ini memiliki sisi positif dan negatif.