Kereta Bandung–Ciwidey Siap Aktif Lagi, Jalur Legendaris Peninggalan Belanda Bakal Bangkit dari Tidur Panjang

Kereta Bandung–Ciwidey Siap Aktif Lagi, Jalur Legendaris Peninggalan Belanda Bakal Bangkit dari Tidur Panjang

Kereta Bandung–Ciwidey Siap Aktif Lagi, Jalur Legendaris Peninggalan Belanda Bakal Bangkit dari Tidur Panjang--(Sumber Gambar: ilustrasi/Pixabay/ DUCTINH91)

RADAR JABAR  – Jalur kereta api legendaris yang menghubungkan Bandung dengan Ciwidey akhirnya bersiap untuk dihidupkan kembali. Setelah lebih dari empat dekade mati suri, rencana reaktivasi ini menjadi bagian dari proyek besar yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Kementerian Perhubungan.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan bahwa setidaknya ada 11 jalur kereta api nonaktif di wilayah Jabar yang masuk daftar reaktivasi. Dalam unggahannya di akun Instagram resminya, @dedimulyadi71, ia menyebutkan beberapa jalur yang akan dihidupkan kembali, seperti Banjar–Cijulang, Garut–Cikajang, Rancaekek–Tanjungsari, Cipatat–Padalarang, dan tentu saja Bandung–Ciwidey.

“Insya Allah kami akan reaktivasi jalur-jalur lama ini. Tujuannya untuk membuka konektivitas, menumbuhkan pariwisata, dan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tulis Dedi. Ia juga mengungkapkan bahwa estimasi biaya proyek reaktivasi seluruh jalur tersebut mencapai sekitar Rp20 triliun.

Menurut berbagai sumber Jalur kereta Bandung–Ciwidey bukan sekadar lintasan biasa. Jalur ini punya nilai historis tinggi karena dibangun pada era kolonial Belanda. Saat itu, jalur ini digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari Bandung Selatan menuju Kota Bandung dan bahkan Batavia (sekarang Jakarta). Biaya transportasi yang tinggi dengan pedati mendorong Belanda untuk mencari solusi yang lebih efisien, hingga akhirnya jalur kereta ini dibangun dengan biaya sekitar ƒ1.776.000,00.

 

 

BACA JUGA:Pemprov Jabar Fokus Awal pada Reaktivasi Jalur Kereta Bandung–Pangandaran

BACA JUGA:Pemprov Jabar Siap Gelontorkan Rp20 Triliun untuk Reaktivasi Jalur Kereta di Garut-Cikajang

 

Jalur Bandung–Kopo (Soreang) dan penghubung Kiaracondong–Karees dibuka pada 13 Februari 1921. Sementara segmen Soreang–Ciwidey resmi dibuka pada 17 Juni 1924. Selain itu, Belanda juga sempat merencanakan jalur lanjutan dari Ciwidey hingga Ciletuh yang mencapai panjang sekitar 200 kilometer. Namun proyek ambisius itu gagal terealisasi akibat wafatnya direktur proyek, R.A. Eekhout, pada 1911.

Pernah Direncanakan Punya Percabangan ke Pangalengan

Jalur ini dulunya juga dirancang memiliki percabangan dari Stasiun Banjaran menuju Pangalengan, namun seperti halnya beberapa jalur lain di masa itu, rencana tersebut tak pernah terwujud. Bahkan, dalam catatan sejarahnya, jalur ini punya percabangan yang cukup unik, seperti dari Halte Cibangkong ke Kompi Kavaleri dan pabrik senjata Karees, serta jalur ke Depot Pertamina Bandung.

Sayangnya, pada 1982 jalur ini resmi dinonaktifkan. Persaingan dengan mobil pribadi dan angkutan umum membuat jalur kereta ini kalah pamor. Kini, meski bangunan-bangunan stasiunnya masih berdiri, kondisinya bervariasi—ada yang terawat, ada pula yang rusak parah. Beberapa bagian bekas jalurnya bahkan sudah berubah menjadi permukiman warga.

Harapan Baru dari Jalur Lama

Dengan masuknya Bandung–Ciwidey ke dalam proyek reaktivasi nasional, harapan untuk melihat kereta kembali melintasi jalur ini semakin nyata. Pemerintah berharap reaktivasi ini tidak hanya sekadar menghadirkan moda transportasi murah dan ramah lingkungan, tetapi juga menjadi pemantik pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di wilayah Bandung Selatan.

Warga pun menyambut baik rencana ini. Selain mempercepat akses, jalur ini diyakini bisa membantu mengurangi kemacetan dan membuka peluang usaha baru. Kini tinggal menunggu realisasi pembangunan di lapangan, dan semoga dalam waktu tak lama lagi, deru kereta kembali terdengar dari Bandung menuju Ciwidey.

Sumber: