Berawal dari Hobi Baca hingga Nonton Anime, Iyus Jadi Sopir Bus Pertama Asal Indonesia di Jepang

Berawal dari Hobi Baca hingga Nonton Anime, Iyus Jadi Sopir Bus Pertama Asal Indonesia di Jepang

Iyus saat dimintai tanggapan oleh media Jepang. Foto : Dok. Keluarga--

RADAR JABAR - Iyus (42) menjadi sopir bus pertama asal Indonesia di Negeri Sakura. Ia menjadi satu-satunya peserta yang lulus dalam bidang bus lewat ujian kualifikasi pertama.

Melansir dari media Jepang NHK World, dia menyampaikan, mimpinya menjadi pengemudi profesional bisa terwujud.

"Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan bisa menjadi pengemudi profesional. Saya ingin berkendara dengan aman agar dapat memberikan layanan yang nyaman bagi pelanggan kami," kata Iyus saat berbicara kepada wartawan pada Rabu (5/2) di kantor pusat grup perusahaan di Okayama.

Semua bermula sewaktu dirinya masih berada di Indonesia, tepatnya di Kampung Sawah RT 03 / RW 1, Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Iyus berasal dari keluarga alm Hengki Jimin, anak kedua dari lima bersaudara laki-laki. Dia acap kali menghabiskan waktu untuk membaca komik, mendengarkan lagu, dan menonton anime yang semuanya berasal dari Jepang. Sehingga, Iyus berhasil menguasai bahasa asing secara otodidiak.

Kakak pertama, Sofiyan (44) mengungkapkan hal tersebut ketika ditemui, tepatnya di halaman depan rumah berwarna putih dan di sisi kananya terdapat berbagai jenis tanaman membuat nuansa menjadi asri.

BACA JUGA:Indonesia dan Jepang Perkuat Kolaborasi untuk Pengembangan Benih Stroberi Bebas Virus

BACA JUGA:Honda Dunk 2025 Hadir di Jepang Seharga Rp24 Juta, Skuter Kompak dengan Desain Modern

"Sebelum berangkat ke Jepang memang dia tuh senang ke Jepang-Jepangan seperti bahasa Jepang, kartun-kartun, komik-komik Jepang dia senang banget," ungkap Sofiyan, Cileungsi, Kabupaten Bogor, pada Senin (10/2).

Kata Sofiyan, sebelum adiknya kerja di Jepang sempat melamar pekerjaan ke sana dan kemari di negeri tercintanya sendiri atau lebih tepatnya Indonesia.

Titik pemberhentian Iyus berakhir di Disnakertrans, Bandung, menerima pelatihan tiga hingga enam bulan lamanya untuk mengejar impian agar bisa menuju Negeri Matahari Terbit.

Menurutnya, sopir bus pertama jepang asal Indonesia itu tidak mengeluarkan sepeserpun saat mengenyam pelatihan di Bandung. Iyus hanya mengeluarkan biaya untuk pembuatan paspor dan visa.

"Untuk biaya gratis, cuman biaya makan, dan lain-lain ada juga bayarnya. Pelatihan mah gratis," ucap dia.

Sofiyan membeberkan, saat adiknya pelatihan tetap menjalin komunikasi yang intens hingga mengetahui pembinaan yang diterima.

Sumber: