Sejarah Pengharaman Babi Menurut Ilmu Antropologi

Sejarah Pengharaman Babi Menurut Ilmu Antropologi

Sejarah Pengharaman Babi-Ilustrasi/Pixabay-

Sebaliknya, dalam Quran, satu kriteria saja sudah cukup untuk menyatakan binatang tersebut tidak suci. Keterbatasan konsep ini menyebabkan derajat ketidak suciannya babi setara dengan unta dalam Bible.

Dari sudut pandang orang Arab, yang perekonomiannya sangat bergantung pada keberadaan unta, larangan terhadap daging unta dan susunya menjadi suatu ketidakberesan yang sulit diterima. Bagaimana mungkin bangsa Arab tidak dapat mengonsumsi daging unta dan meminum susunya? Untuk mengatasi pertentangan logis ini, Quran memberikan solusi yang sangat tepat dengan tidak mencantumkan kriteria Kosher sebagai alasan halal dan haram.

Dengan hanya menyebutkan babi sebagai binatang yang haram, unta dapat terbebas dari beban kriteria logis yang kurang memadai dalam Bible. Pada saat yang sama, larangan terhadap babi mengaitkan Islam dengan ajaran Yahudi dan pandangan lokal mereka di Timur Tengah yang lama memiliki penilaian negatif terhadap babi. Dengan tidak memberikan alasan khusus untuk pelarangan babi, Quran memberikan solusi yang cerdas untuk menghindari larangan daging unta dalam Yudaisme.

Unta memiliki peran sentral dalam revolusi Islam, dan bagi orang Arab, unta adalah bagian integral dari kehidupan mereka. Larangan terhadap babi di Arabia menjadi lebih mudah, bahkan tanpa alasan spesifik, karena babi sudah lama dianggap sebagai daging kelas 3 sebelum Islam muncul.

Sumber: