Mengapa Jangan Keluar dari Zona Nyaman? Ini Perbedaannya dengan Zona Malas

Mengapa Jangan Keluar dari Zona Nyaman? Ini Perbedaannya dengan Zona Malas

Alasan Mengapa Jangan Keluar dari Zona Nyaman-Ilustrasi/Unsplash/RaynerSimpson-

Jika saya tidak merasa nyaman membuat dan berbagi video motivasi di YouTube, apakah saya bisa sejauh ini? Insyaallah, akan terus bertambah. Ini adalah contoh nyata dalam diri kami yang membuat kami mulai mempertanyakan konsep zona nyaman ini.

Kami mencoba bertanya pada diri sendiri, apakah benar orang-orang yang mengklaim ingin keluar dari zona nyaman benar-benar sudah berada dalam zona nyaman, atau sebenarnya mereka hanya berada dalam zona aman atau bahkan zona malas?

Kehidupan yang baik, seperti bekerja, berkarya, berbisnis, atau apapun itu, jika kita sudah merasa nyaman, mengapa kita harus keluar? Namun, jika kenyamanan itu membuat kita insecure dan khawatir, dan kita tidak dapat menggali potensi diri, maka kesimpulannya bukan zona nyaman, bukan?

Seringkali kita terjebak dalam anggapan bahwa kehidupan dalam pekerjaan yang stagnan, tanpa tantangan, adalah definisi nyata dari kondisi zona nyaman. Kita tentu perlu memahami apa perbedaan zona nyaman dan zona malas.

Padahal, secara gamblang, itu hanya zona aman, bahkan yang lebih parah adalah kaum rebahan yang suka bermalas-malasan, yang biasanya hanya makan, tidur, nonton, jalan-jalan, kita definisikan sebagai zona nyaman. Padahal, istilah yang lebih relevan adalah zona malas, bukan?

Zona Nyaman Adalah Tentang Keseimbangan

Zona nyaman seharusnya tentang keseimbangan idealisme dan passion kita terhadap realitas yang ada. Zona nyaman menciptakan fase di mana kita tentram berkarya dan bekerja. Pada dasarnya, zona nyaman tidak tercipta karena kemalasan dan berdiam diri, melainkan karena ada rasa suka dan bahagia terhadap apa yang sedang kita kerjakan.

Zona nyaman hadir bukan tanpa rintangan dan tantangan. Bayangkan seorang musisi terkemuka seperti Duta Selon S, yang mampu bernyanyi bertahun-tahun dari panggung ke panggung. Apa yang membuatnya menjadi legenda?

BACA JUGA:7 Prinsip Orang Jepang Agar Tidak Menjadi Pemalas

Karena dia merasa nyaman, betah bermain musik, dan bisa menghasilkan karya-karya terbaik. Bayangkan Thomas Alpha Edison, yang mampu berjuang hingga belasan ribu kali ngutak-ngatik logam platinum sampai akhirnya menemukan lampu.

Apa yang membuatnya bertahan, kalau bukan kenyamanan, rasa penasaran, dan keingintahuan yang tinggi? Orang yang bisa bertahan dalam zona nyaman bukan berarti pengecut untuk memulai hal baru, tapi dia hanya ingin berkomitmen pada apa yang sudah dia jalani.

Kita tentu mengenal Sir Alex Ferguson dan Arsène Wenger, dua pelatih yang satu berasal dari Manchester United dan satunya lagi dari Arsenal. Kedua pelatih ini menunjukkan komitmen yang luar biasa dengan hanya bekerja di satu klub.

Mereka adalah contoh nyata kenyamanan dalam komitmen dan memegang teguh prinsip mereka, tetap berada dalam zona mereka. Ironisnya, mereka mampu mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari seluruh dunia serta pemilik klub mereka.

BACA JUGA:8 Kebiasaan dan Pola Pikir yang Menghambat Kesuksesan Anda

Zona nyaman mampu menjadi wadah untuk menciptakan karya terbaik, sebagaimana yang terlihat pada contoh seperti Imam Syafi'i, yang tidak mungkin mencapai ketenaran sebagai Imam fikih dengan karya-karya kitab fikihnya tanpa menemukan kenyamanan dalam mencari guru dan menambah ilmunya.

Zona nyaman adalah fase di mana seseorang terus bergerak, menghasilkan karya terbaik, dan bekerja dengan hati gembira, meskipun dihadapkan pada tantangan dan rintangan. Kepuasan hidup dapat diraih ketika seseorang mampu memaksimalkan zona nyaman yang telah diciptakan.

Sumber: