Petani Merugi Akibat Cuaca Ekstrim, Pemkab Bandung Siapkan Rp26 Miliar untuk Stimulan Pupuk

Petani Merugi Akibat Cuaca Ekstrim, Pemkab Bandung Siapkan Rp26 Miliar untuk Stimulan Pupuk

Petani tengah beraktivitas di area pesawahan. -(Foto: Yanuar Baswata/Jabar Ekspres)-

Radarjabar.disway.id, BANDUNG - Cuaca ekstrim saat ini mempengaruhi hasil pertanian khususnya pada komoditas-komoditas pokok seperti cabai.

Hal itu diakui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran. Dia berujar, untuk saat ini kondisi pertanian tergolong tidak stabil.

"Karena kemarin musim hujan kemudian ada badai La Nina. Jadi pengaruh curah hujan tinggi dan suhu (udara) lebih dingin," kata Tisna saat ditemui pada Rabu (20/7).

Diketahui, badai La Nina merupakan suatu kondisi cuaca dengan meningkatnya curah hujan dikarenakan terjadinya perubahan suhu.

Akibat fenomena alam tersebut, dampaknya hujan lebat terjadi dengan intensitas yang cukup tinggi.

Bahkan selain turunnya hujan dengan intensitas tinggi, tak jarang badai La Nina mendatangkan angin kencang yang berbahaya.

Akibatnya, potensi munculnya bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan dampak terhadap hasil pertanian bisa saja terjadi.

Menurut Tisna, memasuki periode pertengahan tahun seharusnya cuaca sudah mulai musim kemarau, jika melihat kondisi di lapangan beberapa waktu ke belakang.

Akan tetapi, Tisna menjelaskan, curah hujan tinggi serta adanya badai La Nina mengakibatkan dampak cukup serius bagi sektor ketahanan pangan atau pertanian.

"Karena seharusnya (sekarang) bulan Juli sudah musim kemarau, dari mulai April biasanya sudah kemarau," ujarnya.

"Mei mulai menjemur kemudian Juli sudah menanam kembali, tapi sementara sekarang masih hujan," tambah Tisna.

Kendati demikian, Tisna mengaku, untuk kebutuhan air bagi lahan pertanian maupun perkebunan saat ini cukup melimpah.

"Untuk sumber air memang bagus bagi tanaman, terjamin. Tapi akibatnya ada penyakit dan hama (jadi ancaman)," ucap Tisna.

Oleh karena itu, sektor pertanian sebagai ketahanan pangan pergerakannya kurang stabil. Akibatnya, dikatakan Tisna, kenaikan harga bisa saja terus meroket.

Sumber: Jabar Ekspres