Kadis PMD Kabupaten Bandung Sarankan Desa Inovasi Fasilitas Literasi Warga, Desa Margamekar Jadi Percontohan

Kadis PMD Kabupaten Bandung Sarankan Desa Inovasi Fasilitas Literasi Warga, Desa Margamekar Jadi Percontohan

Seorang perempuan sedang membaca buku di DISPUSIPDA Jabar. -(Foto: Deni Armansyah/Jabar Ekspres)-

Radarjabar.disway.id, Kab. Bandung - Inovasi terhadap fasilitas literasi pemerintahan desa menjadi faktor penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Bandung, Tata Irawan Subandi.

Menurutnya, peran pemerintah desa sangat penting terhadap wawasan dan kekayaan literasi dengan meningkatkan minat baca masyarakat.

Bahkan sebagai apresiasi, Tata mengatakan, Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung sempat mendapatkan penghargaan sebagai juara pertama perpustakaan desa.

"Ada desa yang mengembangkan (pojok baca) sampai punya perpustakaan dan juara 1 (Kabupaten Bandung) itu Desa Margamekar di (Kecamatan) Pangalengan," ujar Tata saat ditemui di Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

"Desa Margamekar kemarin juara pertama sekitar 3 Minggu yang lalu. Berarti membuktikan desa pun turut memperhatikan dan mendorong minat baca masyarakat," tambahnya.

Tata menyampaikan, pengembangan pojok baca yang sudah tersedia di setiap kantor desa sebagai fasilitas literasi warga sangat diperlukan guna meningkatkan minat baca masyarakat.

"Mengembangkan pojok baca jadi taman baca itu upaya (pemerintah desa) untuk memfasilitasi literasi masyarakat," ucapnya.

"Pengembangan itu tentu tempat bacanya yang representatif, buku-bukunya banyak dan lengkap, kemudian memadai untuk anak-anak atau usia dewasa," lanjut Tata.

Dia mengatakan, inovasi pemerintah desa dalam mengembangkan fasilitas pustaka warga, perlu mengikuti kemajuan zaman di era digital.

Sebagai catatan, Tata menjelaskan, memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam pengembangan fasilitas literasi masyarakat dapat menjadi daya tarik pada peningkatan minat baca.

"Ada juga yang mengembangkan sarana literasinya dengan kemajuan digital. Jadi tidak banyak menyimpan buku tapi menyediakan bacaan melalui e-book," imbuhnya.

"Ada juga yang memfasilitasi keilmuan dengan men-download bukunya untuk didengar, jadi karena sulit membaca bisa download audio, ada yang membacanya untuk didengarkan (isi bukunya)," tambah Tata.

Menurut Tata, minat baca di desa tergolong cukup baik, karena tak hanya memfasilitasi literasi warga dengan pojok baca, namun banyak desa yang sudah mengembangkan fasilitas literasi menjadi taman baca hingga perpustakaan desa.

"Karena minat baca bisa dinilai baik itu kalau pojok baca di desanya banyak dikunjungi atau dimanfaatkan warga. Akhirnya berkembang jadi taman baca atau perpustakaan desa," paparnya.

"Saya harapkan pemerintah mengembangkan literasi warga, jangan hanya terbatas penyediaan pojok baca," lanjut Tata.

Dalam penuturannya, Tata berpesan, supaya pemerintah desa dapat mengadakan kegiatan-kegiatan literasi guna mendorong minat baca masyarakat.

"Adakan diskusi tentang keilmuan, menambah wawasan warga atau bedah buku untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Harus ada inovasi dan kemauan dari desa," kata Tata.

Dia juga menerangkan, pengembangan fasilitas literasi masyarakat bisa dilakukan menggunakan anggaran dana desa.

"Pengembangan pojok baca menjadi taman bacaan untuk fasilitas literasi masyarakat juga boleh dianggarkan dari alokasi dana desa. Itu sangat dimungkinkan," tutup Tata.*** (Bas)

Sumber: Jabar Ekspres