Puncak Varian Covid Baru Diprediksi Pertengahan Juli, Vaksinasi Booster Digencarkan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara, saat memberi paparan kepada wartawan di Balai Kota Bandung, (7/5). -(Foto: Arvy Resvanty/Jabar Ekspres)-
Radarjabar.disway.id, Bandung - Prediksi puncak varian baru covid yaitu BA.4 dan BA.5 diprediksi terjadi pada pertengahan Juli 2022. Dengan adanya hal itu, Dinas Kesehatan Kota Bandung menggencarkan percepatan vaksinasi booster.
"Percepatan vaksinasi untuk ketersediaan pelayanan kita terus ada di tiap puskesmas. Bila ada event kita juga gelar, di mall juga ada, seperti di Istana Plaza dan lain sebagainya," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara kepada wartawan di Balai Kota Bandung, Selasa (7/4).
Kemudian, ungkapnya, asisten daerah telah membuat edaran kepada camat dan lurah untuk melakukan kembali penyisiran pada masyarakat yang belum mendapatkan booster. "Sasarannya kita sekarang yang belum di-booster sehingga akhir Agustus bisa tercapai 50 persen," tuturnya.
Tak hanya itu, Ahyani memaparkan bahwa pihaknya terus menggencarkan testing di program 3T (Testing, Tracing, Treatment).
"Testing kita tidak turun, 1000 perhari, walaupun dari WHO kita cukup 2500 permingu misalnya. Tapi kita tetap jaga di situ (testing 1000/hari), kemudian rumah sakit juga sudah diantisipasi jika ada kenaikan kasus, dan segala logistik yang kita siapkan," ungkapnya.
Ia menegaskan, dampak kepada penderita komorbid atau lansia akan lebih berpengaruh. Dengan begitu kewaspadaan harus tetap digalakkan oleh masyarakat. "Waspada, bukan panik. Ikuti saran tadi seperti taat prokes, lengkapi vaksinasi untuk penanganan covid," bebernya.
Pasien yang ditemukan terpapar covid seringkali ditemukam saat dilakukan screening. "Ketemunya karena screening atau suspek. Itu sangat bagus karena masyarakat yang batuk, pilek atau panas secara pro aktif mulai memeriksakan dirinya," jelas Ahyani.
Meski ia khawatir akan kenaikan kasus, tetapi ia menegaskan, sebagian besar kasus merupakan tanpa gejala atau gejala ringan. Namun, karena mobilitas sangat tingi dan sangat terbuka maka akan mempercepat penularan di masyarakat.
"Walaupun angka kematian dalam dua bulan terakhir itu nol, paling satu. Tapi produktivitas kan yang akan berkurang karena dia harus isolasi dan karantina, dan tentu dia tidak dapat melaksanakan aktivitas," tandasnya.*** (Arv)
Sumber: Jabar Ekspres