Musik, Kewarasan, dan Perlawanan: 'Wisata Orang Waras' Jadi Ruang Kritik dan Kesadaran di Bandung

Sabtu 08-11-2025,16:41 WIB
Reporter : Salma Sepina Nurdini
Editor : Salma Sepina Nurdini

"Kami hanya ingin berbicara dengan teman-teman musisi yang satu napas dengan kami, melawan ketimpangan dan melawan ketidakadilan,” ujarnya.

Bagi Mansen, musik bukan hanya hiburan, tetapi juga alat berpikir dan ruang edukasi publik. 

Ia menyoroti bagaimana dunia termasuk Indonesia kini dikuasai oleh sistem yang sarat korupsi dan ketidakadilan struktural, bahkan hingga ke level birokrasi terkecil.

BACA JUGA:Ciwalk Suguhkan Deretan Aktivitas Seru di Akhir Pekan untuk Semua Kalangan

BACA JUGA:Purwa Caraka Music Studio Rayakan 37 Tahun Harmoni dari Bandung untuk Indonesia

"Dunia ini makin gila, negara ini makin gila. Korupsi itu ada di mana-mana, terjadi di depan mata kita sendiri dan mengangkangi hidup kita. Kami, Metosa, sudah menyadari itu sejak awal. Kami ini anak daerah, perantau di Jakarta. Dan kami merasakan ketidakadilan itu menindas kami setiap hari," ungkapnya.

Di balik panggung yang sederhana, semangat kolektivitas menjadi pondasi utama Methosa dan komunitasnya. 

Mereka mengakui bahwa tidak satu pun sponsor tertarik mendukung gerakan musik kritis seperti ini. Semua biaya produksi dihimpun secara swadaya dari sesama seniman dan pendukung.

"Kami hambur-hamburkan uang kami di musik, karena kami tahu musik kami tidak akan di-support oleh sponsor. Pergerakan kami enggak seksi di mata sponsor. Ini patungan dari teman-teman, 500 ribu, 200 ribu, semua kolektif. Hebatnya Metosen, mereka mau sumbang karena ingin suaranya diwakili oleh Methosa," kata Mansen.

Methosa hadir bukan sekadar untuk didengar, tapi untuk mengajak publik berpikir. Lewat lagu dan aksi panggung, mereka menantang pandangan umum yang apatis terhadap politik. 

Bagi mereka, setiap aspek kehidupan bahkan harga kopi dan skincare merupakan hasil dari kebijakan politik.

"Teman-teman, kasih tahu saya satu saja elemen kehidupan kalian yang bukan berasal dari kebijakan politik? Tidak ada. Politiknya kacau, harga kacau, masyarakat keos. Akarnya dimulai dari korupsi yang masuk ke semua birokrasi, bahkan RT," tegas Mansen.

Melalui tur lintas kota ini, Methosa berupaya 'mewaraskan' masyarakat lewat musik dan dialog sosial. 

Mereka berharap Bandung, sebagai kota kreatif, tidak terjebak hanya dalam simbol estetika, melainkan menjadi ruang perlawanan terhadap 'kegilaan sistemik' yang menumpuk di berbagai lapisan sosial.

"Ini ajakan kami kepada semua anak muda untuk mulai melek dengan keresahan yang terjadi di negara ini, khususnya Bandung. Karena sangat disayangkan kalau Bandung tidak kita rawat dan tidak kita bersihkan dari tikus-tikus dengan mewaraskan anak muda melalui karya," ucapnya penuh penekanan.

Bagi Mansen, gerakan seperti 'Wisata Orang Waras' bukan sekadar agenda hiburan, tetapi bentuk pendidikan sosial ruang di mana kesenian dipakai sebagai alat literasi publik dan refleksi atas realitas politik.

Kategori :