Ia menegaskan bahwa Kabupaten Bandung memiliki posisi strategis sebagai produsen pangan.
“Untuk kebutuhan beras saja diperkirakan perlu 52 ton per tahun. Ketersediaan lahan dan produktivitas sawah harus benar-benar diperhitungkan. Misalnya pisang, sekali makan saja butuh 7.500 buah,” jelasnya.
Kang DS dalam kesempatan itu kembali menekankan pentingnya sinergi antar sektor.
Ia mendorong masyarakat memanfaatkan lahan dengan menanam jagung, sayuran, beternak ayam, hingga membuat kolam ikan.
“Kalau Koperasi Merah Putih suplainya jalan, ekonomi desa akan berputar. Saya sudah kumpulkan kepala desa dan kepala koperasi. Jalankan koperasinya, saya yang bertanggung jawab,” tegasnya.
Namun, dirinya juga menyoroti adanya dapur MBG bodong atau titik yang tidak terealisasi. Ia meminta segera dilakukan perbaikan dan pergantian mitra.
“Kalau ada dapur bodong, segera diganti. Saya tugaskan pihak terkait untuk menindaklanjuti,” ujarnya.
Dari hasil visitasi, terdapat 36 titik dapur SPPG bodong di Kabupaten Bandung. Sedangkan untuk dapur yang sudah beroperasi, evaluasi dilakukan rutin, termasuk mengganti menu setiap 10 hari dan menyalurkan susu pasteurisasi produksi KPBS Pangalengan sebanyak dua kali seminggu.
Baik Kang DS, BGN, maupun Kemendagri sepakat bahwa keberhasilan MBG tidak hanya meningkatkan gizi anak, tetapi juga berpotensi besar menggerakkan perekonomian desa melalui keterlibatan petani, koperasi, dan mitra lokal.* (ysp)