Menurut dr. Marita, tiga teknologi laser yang digunakan saat ini memiliki karakteristik dan segmentasi pasien yang berbeda:
1. TransPRK, teknologi paling lama yang masih menggunakan metode laser dengan sensasi nyeri seperti 'pisau'.
2. FemtoLASIK, teknologi generasi sebelumnya yang menggunakan metode flap pada kornea sebelum dilakukan tindakan laser.
3. SMILE PRO, teknologi terbaru tanpa flap dan minim invasif, hanya membutuhkan delapan detik tindakan laser.
"Teknologi yang digunakan tergantung hasil screening. Tidak semua pasien cocok dengan SMILE PRO, tergantung dari struktur dan ketebalan kornea mereka," katanya.
Ia menambahkan, tindakan koreksi penglihatan ini bisa dilakukan pada pasien berusia minimal 18 tahun hingga usia 40-an, selama belum ada gejala katarak.
Pemeriksaan awal yang dilakukan meliputi ukuran minus dan silindris mata, serta ketebalan kornea sebagai faktor penentu utama.
"Ketebalan kornea sangat menentukan karena laser akan mengikis jaringan kornea. Harapannya, setelah tindakan, ketebalannya tetap berada di batas aman, yaitu minimal 300 mikron," jelasnya.
Lebih lanjut, dr. Marita menjelaskan bahwa faktor genetika menjadi penyebab utama gangguan refraksi seperti rabun jauh dan silindris pada usia muda.