Menguak Penyebab Film Live Action Anime dan Game Selalu Gagal

Minggu 03-11-2024,21:14 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Hal ini disebabkan oleh preferensi tim produksi yang lebih memilih model dengan proporsi tubuh dan wajah mirip karakter anime atau manga ketimbang aktor dan aktris yang benar-benar berpengalaman.

Kombinasi dari ketiga masalah ini melahirkan film live action anime produksi Jepang yang terasa aneh, dengan lelucon yang cringe, alur cerita yang terlalu mirip dengan anime dan manga tanpa adanya improvisasi, serta akting yang buruk, entah itu terlihat berlebihan atau kaku.

Secara objektif, banyak film live action anime yang kurang berkualitas. Namun, jika dilihat dari sudut pandang subjektif para penggemar berat (wibu) yang tetap menyukai film-film tersebut, alasan di balik tuntutan tim produksi untuk menjaga kesetiaan pada anime dan manga favorit mereka berasal dari keinginan para fans.

Padahal, jika film live action bisa sedikit diimprovisasi untuk membuat cerita menjadi lebih realistis, hal ini bisa menjangkau semua kalangan penonton dan tentu akan mendapatkan penilaian yang lebih baik.

Contoh yang baik adalah One Piece Live Action, yang menunjukkan bahwa live action bisa menghadirkan elemen baru sambil tetap menyajikan hal-hal ikonik dari manga dan mendeliver cerita yang dapat diterima oleh semua orang, baik penggemar One Piece maupun penonton umum.

Namun, kembali lagi, para wibu garis keras mungkin akan protes karena banyak perbedaan antara anime dan manga asli dengan adaptasi live action ini. Menurut Anda, siapa yang lebih bertanggung jawab? Apakah tim produksi yang terlalu terikat pada anime dan manga, ataukah tuntutan dari para fans yang menginginkan film live action yang sangat mirip dan akurat dengan karya favorit mereka?

Live Action Game

Setelah mengetahui mengapa live action anime dianggap sangat sakral, bagaimana dengan live action yang diadaptasi dari video game? Setelah memahami lika-liku live action anime, baik dari produksi Barat maupun Jepang, mari kita bahas live action yang juga memiliki nilai sakral, yaitu film live action yang diadaptasi dari video game.

Sayangnya, kondisi ini lebih parah dibandingkan dengan live action anime. Hampir semua film live action yang diadaptasi dari video game selama 30 tahun terakhir mengalami penurunan kualitas yang signifikan. Hanya dalam sepuluh tahun terakhir ini beberapa film mulai menunjukkan peningkatan.

Lalu, mengapa industri film live action berdasarkan video game terus merosot? Salah satu penyebab utamanya adalah para sutradara yang menangani proyek-proyek ini sering kali bersikap sembarangan dan kurang serius.

Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menghindari pajak. Namun, jika kita lihat di era sekarang, film-film live action seperti Sonic dan Five Nights at Freddy's (FNAF) telah dieksekusi dengan baik. Masalahnya, cerita dalam film-film tersebut masih terasa sangat biasa saja.

Video Game Lebih dari Sebuah Film

Faktanya, bagi kalian yang belum tahu, game dengan grafik apa pun merupakan sebuah platform 4D di mana kalian sebagai gamer dapat merasakan dan mengendalikan semua hal, termasuk karakter dalam game. Ini menghasilkan pengalaman yang lebih nyata.

Masalahnya, film adalah media yang tingkat pengalamannya berada di bawah video game. Bagaimana tidak, ketika kita memainkan video game, kita memiliki kendali penuh atas alur cerita, sedangkan film hanya bisa ditonton tanpa bisa dieksplorasi atau dirasakan secara langsung.

BACA JUGA:Official Teaser Live Action Yu Yu Hakusho Netflix Dirilis, Tampilkan 4 Karakter Utama

BACA JUGA:Disney Lagi-Lagi Picu Kontroversi dalam Snow White Live Action Versi 2025

Penonton hanya menyaksikan karya yang dibuat oleh seorang sutradara, sehingga sebagai gamer, pengalaman yang dirasakan saat menonton film terasa biasa saja.

Berbeda dengan adaptasi dari novel atau anime/manga, yang bisa memberikan nuansa nyata pada film live action, karena cerita aslinya berasal dari gambar dan tulisan. Durasi film biasanya berkisar antara satu hingga dua jam, sedangkan cerita asli dari game itu sendiri sering kali sangat panjang, terkadang mencapai empat jam atau lebih.

Kategori :