Menguak Penyebab Film Live Action Anime dan Game Selalu Gagal

Menguak Penyebab Film Live Action Anime dan Game Selalu Gagal

Penyebab Film Live Action Anime dan Game Selalu Gagal-Ist-

RADAR JABAR - Film live action mungkin sudah menjadi bagian yang cukup sakral dalam budaya film, terutama di kalangan komunitas game dan tentu saja penggemar anime/manga. Tapi, mengapa film live action selalu gagal?

Dari dua jenis adaptasi live action tersebut, sering kali terdapat potensi kekecewaan. Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa banyak film live action yang beredar di seluruh dunia terasa crige? Ini menunjukkan betapa chaos-nya industri film live action.

Secara harfiah, live action adalah film adaptasi dari cerita komik atau novel yang dibintangi oleh pemeran asli. Namun, tidak hanya novel dan komik, hal-hal lain seperti anime dan video game juga sering diadaptasi menjadi film.

Sejujurnya, sudah banyak live action yang diproduksi, dan meskipun ada yang bagus, kebanyakan merupakan adaptasi dari novel dan beberapa komik saja. Itu pun bergantung pada keterampilan sutradara dan tim produksi dalam membuat film adaptasi yang berkualitas.

Contoh baiknya adalah film-film Marvel atau film lain yang diadaptasi dari novel, yang sering kali sudah memiliki rating dan skor tinggi. Masalah muncul ketika kita mempertimbangkan kedua kubu franchise favorit, yang sering kali menjadi korban adaptasi live action.

Tentu saja, film live action berdasarkan manga, anime, dan video game sering kali tidak seberhasil adaptasi novel, meskipun tidak semuanya buruk. Mari kita mulai membahas mengapa industri film live action anime dan manga, khususnya produksi Jepang, sering kali menghadapi kendala.

live action anime/Manga

Mari kita bahas problematika pertama mengenai film live action yang diadaptasi dari anime dan manga. Hal ini sangat problematik, terutama sebelum membahas industri film live action anime yang mungkin lebih dikenal di negara-negara Barat.

BACA JUGA:Pemeran Baru Live Action One Piece Season 2 Diumumkan, Siapa Saja Mereka?

BACA JUGA:Live Action Avatar: The Last Air Bender Netflix Akan Berlanjut ke Season 2 dan Season 3

Kita akan menelusuri asal-usulnya terlebih dahulu, yaitu Jepang. Secara umum, industri film Jepang menghasilkan banyak live action dari anime dan manga, seperti adaptasi film Attack on Titan, Bleach, Gintama, Samurai X, dan masih banyak lagi. Ironisnya, jumlah yang berhasil dengan baik dapat dihitung dengan jari.

Jika dinilai secara objektif, kebanyakan film live action anime Jepang terasa aneh. Alasan utama mengapa film-film live action Jepang sering kali gagal dan terasa cringe adalah karena ketidak-konsistenan. Terkadang, ada proyek dengan anggaran yang terlihat besar, tetapi ada juga yang jelas terlihat low budget. Masalah kedua adalah eksekusi cerita, dan yang terakhir berkaitan dengan akting para aktor atau aktrisnya.

Secara detail, dari segi anggaran, faktor ini sebenarnya tergolong minor, tetapi cukup berdampak fatal. Sebagian besar film live action anime Jepang menunjukkan ketidak-konsistenan dalam hal anggaran. Terkadang, ada film dengan anggaran rendah yang merusak kualitas dari awal, sementara ada juga film dengan anggaran tinggi yang masih layak untuk ditonton.

Eksekusi Cerita

Tidak ada gunanya memiliki anggaran tinggi jika masalah utama yang kedua, yaitu eksekusi cerita, terlalu kaku. Sebab, banyak lelucon dalam anime atau manga yang tidak dapat sepenuhnya diterapkan ke dunia nyata. Dalam film live action adaptasi anime, kita sering melihat mimik wajah para aktor yang terlalu berlebihan untuk menyesuaikan dengan ekspresi dalam anime atau manga aslinya. Banyak produser film live action anime terlalu fokus pada upaya mereproduksi adegan ikonik dari anime atau manga, yang terkadang terasa dipaksakan.

Akibatnya, tim produksi lebih memperhatikan keakuratan adegan dan ekspresi wajah aktor hingga mengharuskan mereka mengenakan pakaian cosplay dan aksesori khas dari anime agar lebih akurat.

Sumber: duzzle channel