RADAR JABAR - Pernah terpikir tidak jika kalian sedang bangga-bangganya bekerja di perusahaan besar seperti Google, Amazon, atau bahkan Microsoft, tiba-tiba dipecat? Bukan oleh atasan, tetapi oleh mesin.
Amazon sekarang menggunakan AI untuk menentukan karyawan mana yang layak di-PHK. Kondisi pemecatan seperti ini tidak hanya terjadi di Amazon, tetapi juga di berbagai perusahaan besar teknologi lainnya seperti Google dan Microsoft, yang mengalami gelombang PHK massal.
Di Indonesia, situasi serupa juga terjadi, dengan perusahaan-perusahaan seperti Gojek dan Tokopedia melakukan efisiensi melalui PHK besar-besaran.
Untuk memahami hal ini, kita perlu melihat lebih jauh. Kebanyakan dari kita pasti ingin bekerja di perusahaan besar dengan gaji tinggi, kantor yang nyaman, dan fasilitas lengkap. Itulah impian banyak orang.
Alasan Bekerja di Perusahaan Teknologi Tidak Lagi Menarik
Terdapat beberapa alasan mengapa para profesional tidak lagi memilih perusahaan teknologi sebagai tujuan karir utama mereka.
1. Pengurangan Fasilitas Perusahaan
Menurut data dari Fortune, Google dinobatkan sebagai perusahaan terbaik untuk bekerja selama 8 tahun berturut-turut, dari 2007 hingga 2014. Gajinya besar, kantornya nyaman, fasilitasnya membuat betah, dan tentu saja ada gengsi tinggi yang melekat. Jadi, tidak heran jika banyak orang ingin sekali bekerja di sana.
BACA JUGA:5 Zodiak yang Gengsinya Tinggi, Apakah Zodiakmu Termasuk?
BACA JUGA:Menawarkan Berbagai Lowongan Kerja, 40 Perusahaan Disiapkan di Bursa Kerja Depok
Namun, sekarang keadaan mulai berubah. Banyak profesional secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka tidak lagi tertarik bekerja di perusahaan teknologi raksasa. Alasannya cukup sederhana, lingkungan kerja di perusahaan teknologi besar sudah tidak lagi memberikan kenyamanan dan apa yang diinginkan karyawan.
Sejak tahun 2022, perusahaan-perusahaan teknologi mulai berubah menjadi lebih tegas, disiplin, dan perhitungan. Fasilitas yang dulu melimpah kini mulai dipangkas, waktu istirahat berkurang, dan gaji sering kali mengalami pemotongan.
2. Ancaman PHK Kapan Saja
Semua yang dulu membuat kerja di perusahaan teknologi besar nyaman kini telah hilang. Yang paling parah, mereka sering melakukan PHK massal secara sepihak, dan ini terjadi berulang kali, dari masa setelah COVID-19 hingga saat ini.
Kami merujuk pada data PHK yang dilakukan oleh perusahaan teknologi berdasarkan laporan The Challenger. Sejak tahun 2022, perlambatan ekonomi global disebut-sebut menjadi alasan banyak perusahaan di berbagai sektor, terutama teknologi, harus melakukan PHK massal.
Bahkan, angka PHK di sektor teknologi naik sebesar 649% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 2021. Di Amerika Serikat saja, lebih dari 97.000 orang dipecat dari perusahaan teknologi dalam setahun, sementara secara global angkanya mencapai lebih dari 165.000 orang. Angka tersebut baru dari sektor teknologi saja.
Tidak berhenti di situ, pada tahun 2023 jumlah orang yang di-PHK justru semakin meningkat, menjadi 263.000 orang, menurut data dari layoff.fyi. Meta, pada November 2022, melakukan PHK terhadap 11.000 orang, dan tidak lama kemudian menambah 10.000 orang lagi.
Amazon juga melakukan hal serupa, dengan mencatat lebih dari 27.000 karyawan yang di-PHK dalam beberapa bulan, mulai dari November 2022 hingga Maret 2023. Elon Musk bahkan lebih ekstrem, memecat 80% karyawan Twitter setelah ia membeli perusahaan tersebut.