RADAR JABAR - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina meninggalkan negara pada hari Senin (5/8) setelah kediaman resmi perdana menteri di Dhaka diserbu oleh para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran dirinya.
Menurut laporan dari Harian lokal Parthom Alo, PM Hasina bersama saudara perempuannya, Sheikh Rehana, telah berangkat ke Benggala Barat, India.
BACA JUGA:Joe Biden Berharap Iran Tidak Tingkatkan Ketegangan di Timteng
Sheikh Hasina, yang berusia 76 tahun dan merupakan putri pendiri Bangladesh, telah memimpin negara dengan populasi 170 juta jiwa sejak tahun 2009. Sementara itu, Panglima Militer Bangladesh, Waker-uz-Zaman, telah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin partai politik dan dijadwalkan untuk menyampaikan pidato kepada publik.
Bangladesh kembali dilanda protes besar-besaran yang menyerukan pengunduran pemerintah, dengan kekerasan meningkat pada bulan Juli terkait tuntutan untuk menghapus sistem kuota dalam pekerjaan pemerintah.
BACA JUGA:Gelombang Panas di Korea Selatan, Hampir 400 Orang Dirawat di Rumah Sakit
Mahasiswa, yang memimpin sebagian besar protes, menolak kemungkinan pengambilalihan kekuasaan oleh militer. Asif Mahmud, koordinator utama demonstrasi, menegaskan melalui media sosial bahwa mahasiswa tidak akan menerima pengambilalihan oleh militer.
Menurut sumber dari rumah sakit, setidaknya 93 orang tewas dalam protes terbaru ini, berdasarkan dari laporan media Anadolu.
BACA JUGA:Serangan Rudal Israel Tewaskan Belasan Warga Palestina
Rencana long march menuju Dhaka yang dipimpin mahasiswa menghadapi hambatan karena pemerintah telah memberlakukan jam malam tanpa batas waktu.
Sebelumnya, pada hari Minggu (4/8), Hasina mengancam akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang dianggap teroris atau penyebar anarki. Pada hari yang sama, pihak berwenang memulihkan sebagian layanan internet di ibu kota, meskipun internet seluler masih belum aktif.*