RADAR JABAR - Dr. Lia Gardenia Partakusuma, Direktur Medis Pertamedika Indonesia Healtcare Corporation (IHC), menyatakan bahwa tingkat kelahiran bayi dengan kelainan jantung masih tinggi di Indonesia karena gaya hidup yang kurang sehat sebelum masa kehamilan.
“Data WHO 1 dari 100 bayi lahir ada pasien bayi kritis yang harus ditangani, di Indonesia angka penyakit jantung bawaan pada anak cukup tinggi kira-kira 5 juta, pada bayi 45-50 ribu mengalami kelainan jantung, pada umumnya 80 persen dari mereka tidak tertolong,” kata Lia dalam konferensi pers penandatanganan kerja sama Pertamedika IHC dengan IJN Malaysia di Jakarta, Senin.
Lia menyebutkan bahwa banyak bayi dengan kelainan jantung bawaan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan karena harus menunggu satu hingga dua tahun untuk menjalani operasi.
Ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah penduduk Indonesia yang tinggi dan jumlah spesialis jantung yang tidak mencukupi, yang tidak mampu menangani lonjakan penyakit jantung, termasuk pada anak-anak.
Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat sejak usia dini, seperti kekurangan tidur, kurangnya aktivitas fisik dan olahraga, serta konsumsi makanan tidak sehat, berkontribusi pada prevalensi penyakit jantung bawaan. Kondisi kesehatan yang tidak optimal selama kehamilan juga menjadi faktor utama dalam meningkatnya jumlah anak yang menderita kelainan jantung bawaan.
“Setiap kelainan bawaan akibat adanya kekurangan oksigen waktu hamil atau ibu kurang sehat waktu hamil, itu yang harus kita pupuk, bahwa gimana caranya ibu optimal jadi dia siap hamil, kan banyak sekarang yang gak siap hamil masih gaya hidup nggak beda sebelum hamil itu menyebabkan banyak kondisi di mana anak tidak tumbuh dengan sempurna,” katanya.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jantung dengan lebih cepat, serta kerja sama dari berbagai pihak untuk memperluas kemampuan dokter jantung. Khususnya, dalam penanganan kelainan jantung bawaan pada anak yang masih sangat dibutuhkan.
Kerja sama lintas negara, seperti yang dilakukan oleh IHC dengan Institut Jantung Nasional Malaysia, juga ditekankan untuk memungkinkan dokter-dokter Indonesia memperoleh pengetahuan tentang teknologi terkini yang digunakan di luar negeri, sehingga teknologi tersebut dapat diadopsi dan disesuaikan di Indonesia.
“Sekarang ini dokter penyakit jantung anak di kita sangat diperlukan, spesifik lagi yang belum pernah ada orang hamil dengan kelainan jantung, nanti mungkin di IJN ada obgyn yang spesialis di jantung, jadi ibu dan anak ada kekhususan,” ucapnya.
Ia juga memperjuangkan agar masyarakat Indonesia dapat mengambil contoh dari Malaysia, terutama dalam hal kedisiplinan masyarakatnya dalam memelihara kesehatan, mulai dari hal yang paling dasar seperti mengurangi gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok atau kebiasaan makan berlemak yang sering menyebabkan hipertensi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian di usia muda yang disebabkan oleh penyakit jantung.