Sistem hukum di Maladewa merupakan kombinasi antara sistem pemerintahan modern dan hukum Islam. Konstitusi tahun 2008 memperbolehkan warga negara Maladewa untuk berpendapat secara bebas, namun kebebasan tersebut harus dibatasi oleh hukum, dan syariat Islam. Dengan kata lain, warga negara dapat berpendapat asalkan tidak melanggar kaidah syariat Islam.
Meskipun mungkin terlihat bermasalah bagi beberapa orang karena tidak memperlakukan kebebasan beragama, sebagian besar warga Maladewa menganggap Islam sebagai salah satu ciri khas masyarakat mereka. Mereka juga percaya bahwa Islam mempromosikan harmoni dan identitas nasional. Tidak ada laporan tentang pelecehan atau diskriminasi masyarakat berdasarkan agama atau praktik kepercayaan mereka.
BACA JUGA:6 Jenis Nama Anak yang Jangan Diberikan dalam Islam, Mengandung Arti Buruk dan Mustahil
Menurut World Population Review pada tahun 2022, penduduk Maladewa mencapai 540.966 jiwa, dan seluruh rakyatnya menganut agama Islam. Dengan total luas wilayah 297,8 km², tidak berlebihan jika Maladewa diakui sebagai negara Islam terkecil di dunia.
Mari berhenti sejenak untuk menafsirkan sesuatu, pasalnya Maladewa dikenal sebagai sebuah negara yang memiliki banyak etnis. Sebagian besar penduduknya beretnis Divehi, namun terdapat juga kelompok etnis lain seperti Dravida, Shinhale, dan Aran. Sebagian kecil warga Maladewa juga berasal dari bangsa Afrika.
Sebenarnya, ingin diterjemahkan secara spesifik, ungkapan "100%" tidaklah terlalu akurat. Seperti pada pembahasan sebelumnya, Maladewa menjadi negara dengan 100% penduduk beragama Islam karena regulasi dan undang-undang di negara tersebut melarang seseorang beragama non-Islam untuk menjadi warga negaranya.
Faktanya, beberapa orang yang tinggal di Maladewa memeluk agama selain Islam, hanya saja secara legal formal mereka tidak dianggap sebagai penduduk Maladewa. Pada tahun 2008, menteri urusan Islam menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengizinkan agama lain masuk ke negara ini. Dengan demikian, Maladewa menjadi negara yang sangat homogen, di mana semua warganya beragama Islam.
Mauritania
Setelah melihat Maladewa, mari bergeser ke Mauritania, yang juga dikenal sebagai negara berpenduduk muslim 100%. Negara ini memiliki nama resmi Republik Islam Mauritania, yang mulai digunakan sejak kemerdekaan diperoleh dari Perancis pada tahun 1960.
Dahulu, warga Mauritania memiliki kepercayaan tradisional dengan menyembah roh nenek moyang. Namun, pada abad ke-8, Islam masuk melalui pedagang dan pengrajin Muslim, menyebabkan penyebaran agama ini menjadi sangat luas dan cepat.
BACA JUGA:7 Wisata Religi Islam di Indonesia, Bisa Berziarah dan Menambah Pengetahuan!
Kelompok tarekat sufi juga masuk melalui pendekatan kultural, dan tradisi kepercayaan awal beralih ke acara tauhid. Tarekat Sufi terus berkembang di negara ini hingga hari ini. Muslim Mauritania umumnya mengikuti Mazhab Maliki dan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi mereka, bersama dengan bahasa Perancis dan bahasa lokal seperti Pular, Soninke, dan Wolof.
Pasca-kemerdekaan, konstitusi Mauritania tahun 1985 menyatakan Islam sebagai agama negara, dan hukum yang berlaku di negara ini adalah hukum syariah. Ini berdampak pada pembatasan kebebasan beragama oleh pemerintah, karena konstitusi menetapkan negara sebagai Republik Islam dan Islam sebagai agama penduduk dan negara. Meskipun secara resmi 100% dari semua warga Mauritania adalah Muslim, terdapat komunitas kecil Kristen, terutama dari kewarganegaraan asing, dengan sekitar 4.500 penganut Katolik Roma dan beberapa penganut Yahudi yang bekerja di negara ini.
Warga non-Muslim pada dasarnya boleh mempraktikkan agama mereka secara terbuka, meski dengan keterbatasan tertentu pada penyebaran agama dan transmisi materi keagamaan.
Walaupun pemerintah melarang upaya misionaris di Mauritania, hubungan antara komunitas Muslim dan masyarakat non-Muslim berjalan damai dan harmonis. Agama dipandang oleh pemerintah sebagai elemen penting persatuan nasional.
Ternyata, negara dengan penduduk 100% Muslim adalah Maladewa dan Mauritania, bukan Arab Saudi seperti yang mungkin kita bayangkan. Meski demikian, pemahaman tentang persentase 100% dapat bervariasi tergantung dari sudut pandang yang digunakan.