Keputusan untuk tidak lagi menjual franchise disebabkan oleh pemilik Hisana, Tatang Suharta, yang mendorong konsep syariah dalam bisnisnya.
Beliau menyadari bahwa konsep bisnis modern bisa mengakibatkan PHK pada pegawainya atas alasan efisiensi, yang tentu saja tidak sesuai dengan visi Pak Tatang, mengingat dia sendiri mengalami PHK sebelum memulai Hisana.
Sabana
Kedua, untuk Sabana, informasi terbaru mengungkapkan bahwa biaya untuk membuka cabang Sabana telah mencapai sekitar Rp 23,4 juta per cabang. Meskipun terbilang mahal, biaya ini mencakup berbagai aspek, termasuk penyediaan gerobak, pelatihan, dan peralatan, serta plang nama dari pemilik Sabana.
Selain itu, Sabana menetapkan aturan kebersihan yang ketat bagi para pemilik franchise-nya, yang mengharuskan semua gerai tetap bersih. Hal ini sesuai dengan awal mula Sabana yang bertujuan memberikan produk ayam krispi murah meriah dengan tetap menjaga tingkat kebersihannya.
d’Besto
Terakhir, untuk d’Besto, biaya pembukaan cabangnya jauh lebih tinggi, sekitar Rp 200 juta. Meskipun terdengar sangat tinggi, nilai ini memang luar biasa, namun ada alasan di baliknya.
Selain menjual franchise, d’Besto juga mencari investor bermodal besar, karena uang tersebut akan digunakan sebagai modal pembangunan mini resto d’Besto dengan luas 10 meter persegi.
Konsep kemitraan mereka berbeda dari yang sebelumnya yang menggunakan gerobak, dan sekarang lebih berfokus pada mini resto. Dengan demikian, bisa dimengerti mengapa jumlah gerai d’Besto lebih sedikit dibandingkan yang lain, mengingat biaya yang tinggi.
BACA JUGA:Cara dan Resep Membuat Kulit Ayam Krispy: Lezat dan Gurih
Pendiri d’Besto, yaitu Evalinda dan Setyajid, adalah pasangan suami istri yang sama-sama lulusan dokter hewan dari IPB. Mereka menganggap bahwa model bisnis dengan gaya miniresto lebih baik daripada model bisnis biasa.
Keyakinan ini didasarkan pada pengalaman mereka berdua, yang sebelumnya telah beroperasi dalam dunia bisnis fried chicken dengan nama Kentutku Fried Chicken sejak tahun 1994. Oleh karena itu, riset dan penelitian mereka tentang bisnis kuliner berbahan baku daging ayam dianggap sangat berharga.
Kepopuleran
Dalam era media sosial yang begitu gila seperti sekarang, penting untuk membahas popularitas ketiga franchise ini di platform tersebut.
Hisana Fried Chicken, misalnya, memiliki akun Instagram dengan lebih dari 16.000 pengikut, dan popularitas Hisana telah mendapatkan testimoni dari para reviewer makanan terkenal seperti Ken & Grat, Boengkoes, dan Mamank Kuliner.
BACA JUGA:Resep dan Cara Memasak Kulit Ayam Crispy Rendah Kalori, Kulit Ayam Ternyata Banyak Manfaatnya
Sabana, di sisi lain, memiliki akun Instagram dengan lebih banyak pengikut, yaitu sekitar 27.000. Ulasan makanan mereka juga telah muncul di berbagai saluran YouTube, seperti Ken & Grat, Boengkoes, dan saluran resmi mereka di Sabanaku.
Sementara itu, D’Besto, perancis dalam hal jumlah pengikut di Instagram mempunyai pengikut sekitar 29.000 pengikut. Reviewer makanan juga banyak yang membahas produk D’Besto, termasuk Ken & Grat, Boengkoes, dan Mamank Kuliner.
Ini adalah bukti dari teori bisnis pencipta d’Besto bahwa jumlah gerai tidak selalu bisa mengalahkan popularitas bisnis.