Seperti yang diungkapkan oleh Sufi terkenal, Rabiah Adawiyah yang menyampaikan bahwa kita seharusnya tidak beribadah seperti pedagang yang hanya mencari untung, atau seperti budak yang hanya takut pada tuannya, atau bahkan hanya karena mencari surga atau takut neraka. Beribadahlah dengan kebebasan sejati dan kesadaran penuh sebagai bentuk pilihan yang berdaulat.
Tulisan ini sebenarnya merujuk pada sabda Nabi Muhammad, yang dilaporkan oleh Sayyidah Aisyah radhiallahu anha. Dalam sabda tersebut, Nabi terlihat begitu semangat dan tekun dalam beribadah, bahkan dalam ibadah sunnah.
Agama Sebagai Obat Depresi
Seorang sahabat bertanya, "Wahai Nabi, kamu tentu saja tidak pernah berbuat dosa. Kamu suci dan dijamin masuk surga. Mengapa kamu masih begitu semangat dan tekun dalam melaksanakan ibadah sunnah?"
Nabi menjawab, "Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba yang bersyukur. Oleh karena itu, aku jalani ibadah dengan penuh cinta."
Ini adalah kunci kesuksesan ibadah, baik dari segi spiritual maupun psikologis. Dengan cinta, ibadah akan menjadi bagian dari perasaanmu dan merupakan jalan yang luas menuju Sang Pencipta. Agama akan menjadi obat atau bahkan pencegah dari depresi.
Macam-Macam Tujuan Ibadah Manusia
Ada tiga hal yang bisa diambil dari konteks tujuan beribadah dari setiap manusia saat ini.
1. Sebagai Gaya Hidup
Jika seseorang mengambil makna hidupnya dari agama, dia memahami dan menjalani agama sebagai gaya hidup. Agama menjadi lebih dari sekadar dogma.
Dia menyadari bahwa hidup ini adalah persiapan untuk akhirat. Dengan pemahaman ini, walaupun hidup di dunia penuh dengan cobaan dan kesulitan, dia tetap kuat secara mental karena tahu bahwa semua ujian ini akan membawanya kepada kedudukan yang baik di sisi Tuhan.
2. Sebagai Kebutuhan Sosial
Beberapa orang mendapatkan dukungan dari sistem agama. Dia mendapatkan dukungan sosial dari sesama umat beragama melalui silaturahmi dalam ritual berjamaah, saling tolong-menolong melalui sedekah, saling mendoakan, dan hal-hal lainnya.
3. Mencari Ketenangan
Tujuan kelompok ini dalam beribadah adalah untuk mengambil teladan dari kisah para nabi dalam agama. Dia mengerti bahwa para nabi, yang merupakan manusia terpilih, mengalami ujian yang berat.
Jika nabi-nabi tersebut menghadapi ujian yang begitu besar, maka dengan mengingat hal ini, orang tersebut menjadi lebih tenang dalam menghadapi cobaan dan bencana dalam hidupnya, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan ujian para nabi.
Tidak ada yang salah dengan masing-masing dari tiga tujuan beribadah seperti di atas. Dengan mengintegrasikan ketiga hal ini, setiap orang dapat mengembangkan sikap santai dan penerimaan terhadap segala bencana yang menimpanya.
Viktor E. Frankl, seorang psikolog yang sangat dikenal, dalam bukunya yang berjudul "The Will to Meaning," menyatakan bahwa pada kenyataannya agama memberikan manusia dasar spiritual di mana ia bisa menemukan rasa aman yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Ini mengakibatkan banyak ahli psikiatri merambah ke wilayah teologi, dan sebaliknya juga terjadi.