Alasan penggunaan topi ini bagi orang Yahudi sebenarnya sama dengan penggunaan jas. Topi yang dikenakan oleh orang Yahudi ini dikenal sebagai Fedorah atau homburg.
Pada awal abad ke-20, pakaian jas dan topi Fedorah menjadi umum di kalangan orang Eropa. Komunitas sekte Heredi dan Yahudi Ortodoks lainnya menjadikan gaya fashion ini sebagai bagian khas pakaian sehari-hari mereka.
5. Kippah
Terkait dengan pakaian kepala, ada satu jenis pakaian yang harus dikenakan oleh orang Yahudi, yaitu yarmulke atau kippah. Ini adalah peci bulat yang juga dikenakan oleh umat Islam dan bahkan oleh Paus di Vatikan.
Kippah adalah topi setengah bola yang dipakai sesuai dengan perintah agama mereka untuk menutup bagian kepala. Kippah ini tidak hanya dikenakan oleh Yahudi Ortodoks, tetapi juga oleh Yahudi konservatif, Yahudi modern, dan Zionis. Selain Fedorah dan kippah, pakaian kepala mereka memiliki banyak model lain, seperti kashket, Kolpik, Shtraimel, dan Spodik.
6. Kasket
Kasket ini sering digunakan oleh anak-anak Yahudi Hasidik sebagai alternatif untuk kipah. Pada awal abad ke-20 hingga Perang Dunia II, banyak orang Yahudi Rusia dan Polandia mengenakan topi jenis ini sebagai bagian dari pakaian sehari-hari.
Model ini diperkenalkan pada awal abad ke-19 sebagai pakaian kerja yang praktis dan ekonomis, awalnya untuk pelaut dan pekerja pabrik di Eropa, dan kemudian populer di kalangan masyarakat Yahudi Rusia perkotaan.
7. Kolpik
Selanjutnya, ada jenis topi Kolpik, yang digunakan oleh keluarga Rabbi Hasidim dan juga oleh anak-anak yang belum menikah.
8. Shtreimel
Ada pula jenis shtreimel yaitu topi bulu yang sering dikenakan oleh pria Yahudi Ultra-Ortodoks yang sudah menikah. Topi seperti ini juga dipakai oleh Yahudi Yerushalmi yang tinggal di Yerusalem.
9. Spodik
Spodik adalah topi bulu tinggi yang dikenakan oleh beberapa yahudi Heredi Hesidic, terutama anggota sekte yang berasal dari kongres Polandia.
Dengan demikian, alasan orang Yahudi menggunakan berbagai jenis topi dan jas adalah karena faktor sejarah, agama, dan budaya mereka. Semoga penjelasan ini memberikan pemahaman yang lebih baik. Adanya perbedaan atau kesalahan dalam penafsiran adalah hal yang manusiawi dari kami selaku manusia.