BUMN Pangan Ungkap Peran Gudang Penyimpanan dalam Menstabilkan Harga Bawang

BUMN Pangan Ungkap Peran Gudang Penyimpanan dalam Menstabilkan Harga Bawang

Ilustrasi bawang merah--Freepik/Jcomp

RADAR JABAR - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD, sebagai Holding BUMN Pangan, menekankan perlunya gudang penyimpanan dengan kapasitas besar untuk menjaga ketersediaan bawang merah.

Direktur Utama ID FOOD, Frans Marganda Tambunan, menyebutkan bahwa umumnya kendala yang dihadapi pada komoditas bawang merah adalah penurunan harga pada masa panen raya dan peningkatan harga setelah satu bulan panen. Untuk itu, keberadaan gudang penyimpanan menjadi penting untuk menghindari kelangkaan dan lonjakan harga bawang.

"Harus ada pihak yang offtaker (pemasok) dan menyimpan bawang merah untuk dikeluarkan saat off season (bukan musim panen)," ucap Frans dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Jakarta, pada hari Selasa (9/1).

BACA JUGA:Mahfud MD Nyatakan Informasi Alutsista Bukan Kategori Rahasia Negara

Frans mengungkapkan bahwa ID FOOD telah berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk mengembangkan konsep yang dapat memastikan ketersediaan dan stabilitas harga bawang merah, bahkan di luar musim panen.

Dia menjelaskan, hasil panen raya bisa disimpan sebagian di gudang khusus dan kemudian didistribusikan ke wilayah yang mengalami kekurangan bawang merah.

"Disimpan di control room storage. Kemudian dengan data yang kita dapat dari Bapanas (Badan Pangan Nasional), atau Bank Indonesia, nanti kita bisa mobilisasi bawang dari daerah surplus ke defisit, " ujar Frans.

Frans menambahkan, setiap provinsi di Indonesia sebaiknya memiliki gudang hub yang memungkinkan pertukaran komoditas tertentu, agar pasokan tetap terjaga dan harga stabil.

BACA JUGA:Indonesia Kirimkan 241 Ribu Jemaah Haji di 2024

"Kita harus punya beberapa hub, misal bawang merah, tidak hanya hub di Brebes, harus ada di Sumatera, Sulawesi agar bisa mewakili atau mengcover, beberapa daerah yang tiap tahun rata-rata kapan mereka membutuhkan," jelas Frans.

Di sisi lain, Frans mengatakan bahwa berbeda dengan bawang merah yang hampir 100 persen diproduksi di dalam negeri, bawang putih masih bergantung pada impor.

Menurutnya, kondisi iklim di Indonesia cukup menantang untuk budidaya bawang putih, walaupun telah berhasil ditanam di beberapa wilayah seperti Tegal, Temanggung, dan Nusa Tenggara Barat.

Namun, Frans tetap mendorong para petani untuk menanam bawang putih sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Sumber: