Warga Jawa barat Bisa Cek Nutrisi Makanan Melalui Aplikasi "Health Heroes Nutrihunt"

Warga Jawa barat Bisa Cek Nutrisi Makanan Melalui Aplikasi

Aplikasi Health Heores Nutrihunt yang digagas oleh Dinas Kesehatan Jawa Barat bersama Kemenkes RI dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia, bisa mempermudah warga, untuk mengecek nutrisi makanan lewat telepon pintar--ANTARA/HO-Humas Dinkes Jabar

RADAR JABAR - Aplikasi Heath Heroes Nutrihunt merupakan aplikasi untuk mengecek nutrisi makanan melalui telepon pintar. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat aplikasi yang merupakan gagasan dari instansinya dengan Kemenkes RI dan Global Alliance of Imroved Nutrition (GAIN) Indonesia, dinyatakan dapat mempermudah warga untuk mengecek nutrisi makanan melalui telepon pintar.

"Health Heroes Nutrihunt adalah aplikasi untuk memindai kandungan nutrisi makanan. Fungsi aplikasi ini untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat khususnya remaja agar lebih peduli terhadap hak informasi makanan melalui pengecekan label pangan kemasan" ujar Vini Adiani Dewi, selaku Plt Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Aplikasi Heath Heroes Nutrihunt baru saja diluncurkan pada hari ini (21/7) di Gedung Sate, Kota Bandung. Disebutkan aplikasi ini nantinya dapat mengedukasi para remaja agar membiasakan membaca informasi gizi pada makanan.

Tak hanya bisa melihat kandungan nutrisi saja, pada aplikasi ini juga masyarakat bisa ikut melaporkan kandungan nutrisi pada makanan kemasan.

"Ada ribuan, jadi di setiap ada tambahan bisa ditambahkan nanti dibantu oleh tim nanti akan terlihat isi kandungannya apa. Jadi karena semuanya masuk, jadi teman-teman bisa membantu kami dengan memasukkan nomor kode batangnya. Nanti kami bantu untuk memasukkan" lanjutnya.

Setiawan Wangsaatmaja selaku Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat juga ikut menuturkan mengenai informasi menegnai kandungan nutrisi pada makanan tentunya sangat penting untuk masyarakat. Menurutnya, pada negara maju label kalori dan juga nutrisi wajib dicantumkan.

"Tujuannya itu adalah bahwa kita sebagai konsumen akan tahu persis bahwa kandungan dalam pangan itu apa. Jadi kalorinya berapa, kandungan lemak, karbohidrat, dan lain sebagainya. Dan itu di negara maju sesuatu yang diharuskan," ujarnya

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukan bahwa terdapat 25,7 persen remaja berusai 13 hingga 15 tahun, serta 26,9 persen remaja berusia 16-18 tahun memiliki status gizi pendek dan sangat pendek. Sebanyak 8,7 persen remaja berusia 13-15 tahun serta 8,1 persen remaja berusia 16 sampai 18 tahun memiliki kondisi kurus dan sangat kurus, dan 3 sampai 4 dari 10 remaja menderita anemia.

Sementara itu, sebanyak 16,0 persen remaja berusia 13 sampai 15 tahun serta 13,5 persen pada remaja usia 16-18 tahun alami prevalensi berat badan berlebih dan obesitas. Buruknya pola makan remaja merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya tren kenaikan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas.

"Fenomena gizi ini sangat terkait juga dengan fenomena stunting sebetulnya. Alhamdulillah untuk di Jawa Barat ini, tadi saya sampaikan bahwa survei SSGI terakhir di tahun 2022, kita menurun kurang lebih di 4 persen, dari 24,5 persen menjadi 20 persen" ujar Setiawan

Ia juga menambahkan bahwa selama ini masyarakat banyak yang belum mengetahui mengenai perhitungan jumlah kalori serta kandungan nutrisi makanan.

"Oleh karena itu, kadang di label diharuskan gizi ini sekian cuman jarang dibaca karena kurang menarik, kurang besar karena hurufnya kecil-kecil. Sehingga dengan aplikasi ini kita bisa langsung scan kode batang, hasilnya langsung kelihatan ada gambar dan lainnya, kandungannya lengkap" tambahnya.*

Sumber: antara