Akademisi Psikologi Martasandy Ungkap Akar Kasus Pembunuhan Penjaga Konter HP
Ilustrasi pembunuhan-ilustrasi-disway.id
RADAR JABAR – Kasus pembunuhan terhadap seorang pegawai konter HP di kawasan Sukajadi, Kota Bandung, yang dilakukan oleh seorang pria bernama Nanang, menyita perhatian publik. Dari hasil penyelidikan, pelaku diketahui nekat menghabisi korban karena terlilit utang besar akibat judi online.
Tragedi ini menimbulkan pertanyaan serius: bagaimana tekanan ekonomi dan kecanduan judi bisa mendorong seseorang melakukan tindakan ekstrem hingga menghilangkan nyawa orang lain?
Akademisi psikologi sekaligus Direktur Martasandy Psychology Indonesia, Billy Martasandy, Ph.D, menjelaskan bahwa perilaku kekerasan semacam ini kerap menjadi puncak dari akumulasi tekanan psikologis yang tidak tertangani dengan baik.
“Dalam banyak kasus, individu yang terlilit utang akibat judi mengalami kombinasi stres berat, rasa bersalah, dan keputusasaan. Ketika tidak ada mekanisme coping yang sehat, mereka bisa kehilangan kendali dan mengambil keputusan destruktif. Kondisi ini bukan sekadar masalah moral, tetapi juga kesehatan mental,” ujarnya, Rabu (12/11).
Billy menuturkan, judi online memiliki pola adiksi yang mirip dengan penyalahgunaan zat adiktif. Dorongan untuk terus bermain muncul karena pelepasan dopamin di otak yang menimbulkan rasa euforia sesaat. Otak kemudian terbiasa mencari sensasi ‘menang’, meski pelaku terus mengalami kerugian.
“Ketika rasa senang itu hilang, timbul rasa cemas dan frustrasi berlebihan. Dalam kondisi distress psikologis yang parah, otak cenderung mencari ‘jalan keluar instan’—dan sayangnya bisa berbentuk agresi atau kekerasan,” jelasnya.
Selain faktor psikologis individu, tekanan sosial dan ekonomi turut memperparah keadaan. Rasa malu karena gagal menafkahi keluarga atau tidak mampu melunasi utang dapat berubah menjadi kemarahan dan kebencian terhadap orang lain, bahkan terhadap pihak yang tidak bersalah.
“Rasa malu karena tidak mampu menafkahi keluarga bisa berubah menjadi kemarahan dan kebencian terhadap orang di sekitar,” tambahnya.
Billy menekankan pentingnya edukasi publik tentang bahaya judi online, penyediaan layanan konseling utang, serta pendampingan psikologis bagi masyarakat yang mengalami tekanan ekonomi.
“Kasus seperti Nanang bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga cerminan masalah kesehatan mental masyarakat. Kita harus menangani akar penyebabnya, bukan hanya akibatnya,” tegas Billy.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak terjerumus dalam aktivitas judi online dan segera mencari bantuan profesional jika mulai merasakan tekanan psikologis akibat masalah finansial.
“Pencegahan dimulai dari mengenali tanda-tanda tekanan psikologis sebelum terlambat,” pungkasnya
Sumber: