Taman Safari Indonesia Siap Ambil Alih Pengelolaan Kebun Binatang Bandung

Kamis 17-04-2025,14:22 WIB
Reporter : Fadillah Asriani
Editor : Fadillah Asriani

RADAR JABAR - Taman Safari Indonesia (TSI) menyatakan kesiapannya untuk mengambil alih pengelolaan Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo) setelah pengurus Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) resmi mengundurkan diri pada 21 Maret 2025. Sejak 25 Maret 2025, YMT tidak lagi bertanggung jawab atas pengelolaan kebun binatang tersebut.

Pengelolaan Bandung Zoo selanjutnya akan berada di bawah kendali sejumlah tokoh dari Taman Safari Indonesia, termasuk Jhon Sumampouw dan Tony Sumampouw. Tony sendiri pernah menjadi bagian dari manajemen YMT pada tahun 2017.

"Kami sudah bersiap sejak 2017, jadi kami siap menjalankan ini," ujar Tony Sumampouw, yang saat ini menjabat sebagai Komisaris TSI, saat ditemui di Bandung, Jawa Barat, pada Kamis, yang dikutip dari laman Antara.

Dalam forum diskusi bersama Forum Wartawan Konservasi (Forwaksi) yang digelar pada Rabu (16/4), Tony mengungkapkan bahwa struktur pengelolaan Bandung Zoo ke depannya tidak lagi berbentuk yayasan. Sebagai gantinya, akan dibentuk badan usaha berbentuk perseroan terbatas (PT), sesuai arahan Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, agar sistem pengelolaannya lebih profesional dan akuntabel.

"Hal ini juga sejalan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 22 Tahun 2019 yang mengharuskan lembaga konservasi umum berbentuk PT atau koperasi. Pak Farhan mendorong bentuk PT agar memiliki kewajiban hukum yang jelas, termasuk dalam hal perpajakan," jelas Tony.

 

BACA JUGA:Taman Safari Bogor Hadirkan Pengalaman Staycation Unik Bagi Pengunjung Saat Lebaran

BACA JUGA:Taman Safari Bogor Selenggarakan Buka Bersama dan Beri Santunan kepada Anak Yatim

 

Untuk konsep pengelolaannya, TSI akan mengusung pendekatan open zoo yang dinilai lebih ramah bagi hewan dan meningkatkan kualitas interaksi antara satwa dan pengunjung. Tony menyebut bahwa hewan akan lebih aktif dan nyaman dalam sistem tersebut.

Oleh karena itu, pihak TSI berencana melakukan perombakan besar-besaran terhadap tata letak dan fasilitas Bandung Zoo.

Perubahan mencakup area pintu masuk, fasilitas makanan, hingga kandang-kandang hewan. TSI juga mendukung inisiatif Pemerintah Kota Bandung untuk menyertakan unsur kebudayaan lokal dalam kegiatan di kebun binatang tersebut.

Tony mengungkapkan bahwa target utama dari revitalisasi ini adalah untuk menarik minat wisatawan, terutama dari kota besar seperti Jakarta, yang dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan pariwisata.

Terkait dengan kemungkinan kenaikan harga tiket yang saat ini berkisar Rp50 ribu, Tony menegaskan bahwa penentuan harga tiket akan disesuaikan dengan segmen pasar yang dituju dan tidak serta merta dianggap mahal.

"Tempat wisata lain bahkan ada yang tiketnya di atas Rp100 ribu tapi tetap ramai. Kita harus optimistis dan berkembang," katanya.

Tony juga menyampaikan bahwa jika pengelolaan ini berjalan sukses, akan berdampak positif bagi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bandung.

Sebagai perbandingan, ia menyebut Taman Safari Bogor yang setiap tahunnya mampu menyumbangkan sedikitnya Rp50 miliar ke PAD, belum termasuk pajak penghasilan dan lainnya.

Mengenai beban keuangan yang masih ditanggung Kebun Binatang Bandung, Tony menjelaskan bahwa sebelumnya terdapat utang sebesar Rp59 miliar.

Namun setelah wafatnya Pembina YMT, Romly Bratakusuma, Pemerintah Kota Bandung memberikan keringanan, sehingga jumlah yang tersisa menjadi sekitar Rp25 miliar.

Tony juga menyebut bahwa saat pihaknya sempat mengelola Bandung Zoo pada 2017 hingga 2021, mereka telah membayar sebesar Rp2 miliar per tahun kepada istri mendiang Romly, yakni Ibu Sri, karena percaya bahwa pengelolaan akan berlanjut.

Namun ternyata pembayaran tersebut sempat menjadi temuan kejaksaan karena tidak tercatat sebagai angsuran resmi.

"Padahal kami sudah membayar ketika masih mengelola, jadi sekarang tinggal menyelesaikan sisa kewajiban yang ada," pungkas Tony.

Kategori :