Namun, Zwarte Piet kemudian menjadi sosok kontroversial karena konotasi rasialnya. Pada masa itu, ia dianggap sebagai pelengkap dari Sinterklas.
Negara-Negara Skandinavia - Nikolaus
Di Jerman dan negara-negara Skandinavia, berkembang tradisi serupa dengan karakter yang mirip. Di Jerman, Santo Nicholas dikenal sebagai Nikolaus, sedangkan di negara-negara Nordik ia disebut Julenisse atau Yule Elf. Sosok ini muncul sebagai pembawa hadiah pada musim dingin.
Meskipun nama dan ciri-ciri fisiknya berbeda, inti dari semua tradisi ini tetap sama: seorang pria tua yang baik hati datang untuk memberikan hadiah kepada anak-anak yang berperilaku baik.
Amerika Serikat - Santa Claus
Ketika para imigran Belanda pindah ke Amerika pada abad ke-17, mereka membawa serta tradisi Sinterklas. Kota New Amsterdam, yang kelak menjadi New York, menjadi pusat penyebaran tradisi ini. Nama Sinterklas secara perlahan berubah menjadi Santa Claus dalam pengucapan bahasa Inggris.
Popularitas Santa Claus di Amerika Serikat tidak lepas dari pengaruh penulis dan ilustrator abad ke-19. Pada tahun 1823, sebuah puisi berjudul A Visit from Saint Nicholas, atau yang lebih dikenal sebagai The Night Before Christmas, diterbitkan secara anonim. Puisi ini menggambarkan sosok Santa Claus sebagai pria tua gemuk dan ceria yang datang dengan kereta luncur yang ditarik oleh delapan rusa kutub.
Evolusi Santa Claus dari Santo Nicholas hingga Ikon Modern
Dalam puisi The Night Before Christmas, Santa Claus digambarkan tidak lagi mengenakan jubah Uskup, melainkan pakaian berbulu yang praktis untuk musim dingin. Padahal, menurut Nevzat Çevik, seorang arkeolog terkenal yang meneliti peradaban kuno Kristen, Santa Claus atau Nicholas sebenarnya adalah seorang pria berbadan tegap yang mengenakan rompi dan celana kain yang digulung hingga ke lutut.
Nicholas, seorang pendeta Kristen, dikenal karena menghancurkan kuil-kuil pagan, termasuk sistem penyembahan kepada dewa-dewa dan berhala. Namun, citra Santa Claus yang kita kenal saat ini mulai terbentuk pada tahun 1863, ketika Thomas Nast, seorang kartunis terkenal, membuat ilustrasi Santa Claus untuk majalah Harper’s Weekly.
Ilustrasi Nast menggambarkan Santa Claus sebagai pria tua berjanggut putih, berpakaian merah dengan ikat pinggang hitam, serta membawa karung penuh hadiah. Nast juga memperkenalkan konsep bahwa Santa Claus tinggal di Kutub Utara dan memiliki bengkel yang dibantu oleh kurcaci untuk membuat mainan bagi anak-anak.
Ironi di Kota Kelahiran Santa Claus
Citra Santa Claus modern tampak jauh berbeda dari Nicholas yang sebenarnya. Makam Santa Claus atau Nicholas, yang terletak di Demre, Turki, menjadi bukti bahwa Santa Claus adalah sosok nyata yang pernah hidup dan meninggal di wilayah tersebut.
Sulaiman Topçu, Walikota Demre, pernah menyatakan, “Santa Claus yang kalian lihat sekarang adalah ciptaan Amerika. Makam aslinya ada di kota ini.” Setiap bulan Desember, Demre menjadi ramai oleh ratusan ribu turis yang datang untuk berziarah ke gereja dan makam Santo Nicholas.
Meski menjadi tempat lahirnya sosok legendaris ini, mayoritas penduduk Demre saat ini memeluk agama Islam. Ketika waktu salat tiba, suara azan bergema dari menara-menara masjid yang tersebar di kota. Uniknya, tidak ada perayaan Natal di Demre, kota yang menjadi saksi kehidupan dan kematian Santo Nicholas, atau yang kini dikenal sebagai Santa Claus.
Krampus dan Legenda Sinterklas
Dalam legenda Jerman, terdapat sosok bernama Krampus yang dikaitkan dengan Sinterklas. Krampus diciptakan sebagai sisi gelap dari Santo Nicholas yang dikenal baik hati. Berbeda dengan Santo Nicholas, Krampus digambarkan sebagai makhluk menakutkan yang bertugas menghukum anak-anak nakal. Ia dikatakan memukuli anak-anak yang berperilaku buruk, memasukkan mereka ke dalam karung, dan membawa mereka ke sarangnya.
Menurut cerita rakyat, Krampus muncul di kota-kota pada malam tanggal 5 Desember, yang dikenal sebagai Krampusnacht atau "Malam Krampus." Keesokan harinya, pada tanggal 6 Desember, adalah Hari Santo Nicholas. Pada hari tersebut, anak-anak akan memeriksa kaos kaki atau sepatu bot yang mereka tinggalkan pada malam sebelumnya.
Jika kaos kaki atau sepatu bot tersebut berisi hadiah, itu menandakan bahwa mereka telah berperilaku baik sepanjang tahun. Namun, jika hanya berisi ranting, itu adalah tanda bahwa mereka telah bersikap buruk. Meski menakutkan, tujuan Krampus sebenarnya sama dengan Santa Claus, yaitu mendorong anak-anak untuk berperilaku baik.
Kontroversi dan Keraguan Sejarah
Meski beberapa sejarawan mengonfirmasi bahwa Santa Claus atau Santo Nicholas adalah sosok nyata yang pernah hidup di wilayah Turki, ada pula yang meragukannya. Keraguan ini bahkan muncul di Vatikan, meskipun Sinterklas sering digambarkan sebagai seorang Uskup Gereja Katolik. Paus sendiri menyatakan skeptis terhadap keaslian kisah Santo Nicholas, mengingat begitu banyak elemen dongeng, khayalan, serta campuran budaya dan kepercayaan yang membentuk citranya.
Pada tahun 1970, Vatikan secara resmi menghapus nama Sinterklas dari daftar orang-orang suci. Namun, keputusan ini menuai protes dari berbagai kalangan. Akhirnya, Vatikan memberikan kebebasan kepada umat untuk memutuskan sendiri apakah Sinterklas layak dianggap sebagai orang suci atau tidak. Secara resmi, nama Sinterklas tidak lagi termasuk dalam daftar orang suci, tetapi tradisinya tetap hidup dalam berbagai budaya di seluruh dunia.