RADAR JABAR - Santa Claus atau Sinterklas adalah sosok ikonik yang tak terpisahkan dari perayaan Natal di berbagai belahan dunia. Namun, keberadaannya masih menjadi kontroversi. Sebagian orang percaya bahwa ia adalah tokoh nyata yang pernah hidup di masa lalu, sementara yang lain menganggapnya sebagai sosok khayalan.
Jika dilihat dari sudut pandang bahwa Santa Claus adalah sosok nyata, maka ia merujuk pada seorang pendeta Nasrani bernama Nicholas, yang dikenal sebagai Santo Nicholas. Nicholas berasal dari kota Demre, yang dahulu bernama Myra. Kota Myra saat itu berada di wilayah Yunani Kuno, sehingga Nicholas sering disebut sebagai "Nicholas dari Myra". Kota Myra kini menjadi bagian dari wilayah Turki modern.
Menurut para ahli sejarah, legenda Santo Nicholas telah ada sejak abad ke-4 Masehi, sekitar tahun 343 M. Artinya, kisah ini terjadi ratusan tahun sebelum datangnya Islam. Nicholas adalah seorang penyebar agama Kristen yang dikenal karena kebaikan serta kemurahan hatinya. Ia lahir pada tahun 270 M di sebuah kota bernama Patara, yang terletak di wilayah Lycia, saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi.
Beberapa sejarawan mengatakan bahwa ayah Nicholas adalah keturunan Arab. Nicholas dibesarkan dalam keluarga Kristen yang kaya raya, tetapi sejak muda ia dikenal memiliki kepedulian besar terhadap orang-orang miskin dan membutuhkan.
Kisah Legenda Santo Nicholas
Salah satu kisah paling terkenal tentang Santo Nicholas adalah bagaimana ia membantu seorang pria miskin yang memiliki tiga putri. Pada masa itu, tradisi pernikahan mengharuskan keluarga mempelai wanita memberikan mas kawin sebagai syarat pernikahan.
Namun, karena keluarga tersebut sangat miskin, mereka tidak mampu menyediakan mas kawin. Akibatnya, ketiga putri itu terancam dijual sebagai budak atau hidup dalam kehinaan.
BACA JUGA:Bukti Ajaran Paulus Menyimpang untuk Umat Kristen, Bukan Guru Tapi Musuh Yesus
Santo Nicholas yang mengetahui penderitaan keluarga itu secara diam-diam melemparkan sekantong emas melalui jendela rumah mereka pada malam hari. Legenda mengatakan bahwa kantong emas tersebut jatuh ke dalam kaus kaki yang sedang digantung untuk dikeringkan di dekat perapian. Berkat bantuan Santo Nicholas, ketiga putri itu akhirnya bisa menikah dengan terhormat.
Peristiwa ini menjadi salah satu alasan munculnya tradisi menggantung kaus kaki di dekat perapian pada malam Natal, yang hingga kini menjadi bagian dari perayaan Natal di berbagai belahan dunia.
Santo Nicholas dikenal sebagai pelindung anak-anak dan pelaut. Berbagai legenda menceritakan bagaimana ia menyelamatkan anak-anak dari bahaya dan membantu para pelaut yang terjebak dalam badai. Popularitasnya menyebar ke seluruh Eropa seiring dengan penyebaran agama Kristen.
Setelah kematiannya pada tanggal 6 Desember, hari tersebut diperingati sebagai Hari Santo Nicholas dan dirayakan dengan berbagai tradisi pemberian hadiah kepada anak-anak. Pada Abad Pertengahan, tradisi perayaan Hari Santo Nicholas mulai menyebar luas di Eropa Barat.
Tradisi di Belanda - Sinterklas
Di Belanda, Santo Nicholas dikenal sebagai Sinterklas, yang merupakan kependekan dari Sinter Nicholas. Pada malam 5 Desember, anak-anak Belanda menaruh sepatu mereka di dekat perapian atau di depan pintu rumah dengan harapan bahwa Sinterklas akan datang dan mengisinya dengan hadiah kecil, permen, atau koin.
Namun, jika anak-anak berperilaku buruk selama setahun, mereka akan menerima seikat ranting atau batu bara sebagai hukuman simbolis.
Sinterklas digambarkan sebagai pria tua berjubah merah dengan topi Uskup dan tongkat. Ia sering ditemani oleh asistennya yang disebut Zwarte Piet atau Piet Hitam, sosok yang membantu Sinterklas membagikan hadiah.