RADAR JABAR - Muhamad Rizal, guru di SMKN 1 Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, berhasil menciptakan inovasi berupa kompor berbahan bakar oli bekas. Dengan memanfaatkan komponen sederhana, kompor ini mampu menghasilkan panas hingga 600 derajat Celsius dan dapat digunakan selama 1-2 jam hanya dengan 200 mililiter oli bekas.
Rizal menjelaskan bahwa inovasi ini didorong oleh banyaknya limbah oli bekas di lingkungan sekitar, yang termasuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3). "Selain itu, tujuan lain dari inovasi ini adalah memberikan edukasi kepada siswa tentang cara memanfaatkan limbah B3 agar lebih berguna," ujarnya saat ditemui di sekolah.
Ia juga menambahkan bahwa kompor ini memiliki potensi untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari maupun industri kecil hingga menengah, seperti UMKM, sebagai sumber energi alternatif untuk mendukung proses produksi.
Adapun komponen kompor tersebut adalah oli bekas, tangki penyimpanan oli bekas, kipas bowler, dan tungku. "Alat-alatnya dari barang bekas pun bisa, jika dirupiahkan tidak sampai 150 ribu. Tapi, pembuatannya harus punya keahlian pengelasan," terangnya.
BACA JUGA:Soal Adanya Perintah Pengembalian Dana Insentif Guru Paud, Kadisdik Indramayu: Tidak Benar
BACA JUGA:Disdik Jabar Raih Penghargaan Badan Publik Informatif 2024: Wujud Transparansi dan Akuntabilitas
Guru mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan sosial itu menjelaskan bahwa prototipe kompor masih memerlukan beberapa perbaikan. Salah satunya adalah mengganti kipas bowler dengan ukuran yang lebih kecil serta merancang tangki penyimpanan yang lebih sederhana, sehingga kompor ini dapat menjadi lebih praktis dan mudah dibawa.
"Tentunya kami harap ada dukungan dari dinas terkait, juga legalitas dan perizinan agar produk ini bisa dibuat secara massal dan dimanfaatkan oleh masyarakat," harapnya.
Kepala SMKN 1 Cipatat, Supeno, menyatakan bahwa inovasi semacam ini merupakan hasil dari upaya para guru dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mereka.
"Teknologi vokasi di industri seperti berlari cepat, sementara di dunia pendidikan berjalan sangat lambat. Ada gap yang harus diselaraskan antara teknologi industri dan sekolah. Sehingga, inovasi sangat penting, guru dipancing untuk kreatif, keluarkan ide inovasi karena guru kreatif akan membuat anak kreatif," tuturnya.
BACA JUGA:Plh. Kadisdik Jabar Resmi Buka Desk Data GTK untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan
BACA JUGA:Disdik Jabar Lepas Kontingen O2SN: Dorongan Semangat untuk Prestasi Nasional