Rekam Jejak Tom Lembong Sebelum Terjerat Kasus Korupsi Impor Gula, Pernah Berselisih dengan 2 Menteri Ini

Rabu 30-10-2024,11:45 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Pernyataan ini memicu kemarahan Luhut, yang menilai Tom Lembong kurang berkarakter baik dan meragukan keahliannya setelah mendengar kritiknya terhadap program hilirisasi yang dijalankan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dianggapnya sebagai tindakan yang sembrono, yang berdampak pada penurunan harga komoditas nikel.

"Jadi saya enggak ngerti bagaimana Tom Lembong memberikan statement seperti itu, bagaimana anda memberikan advice bohong kepada calon pemimpin yang anda dukung," kata Luhut melalui akun instagram @luhut.pandjaitan, dikutip Rabu (30/10/2024).

"Saya sedih melihat anda di situ, artinya intelektualitas anda itu menurut saya jadi diragukan. Oke mungkin anda betul seorang intelektual tapi karaktaer anda itu menurut saya enggak bagus," tegasnya.

Bahlil yang saat itu menjabat Menteri Investasi pun angkat suara terkait hal itu.

"Kalau ada yang berpandangan bahwa proses pemerintah untuk tidak mempertahankan pelarangan ekspor (nikel), saya mau tanya, nasionalisme kepada negara ini dimana? Jangan terlalu pintar sekolahnya ke luar negeri sampai negara kita mau jual. Maka kalau mau dibuka, saya bingung," ungkapnya dalam acara Market Outlook Trimegah.

Bahlil menyatakan bahwa Indonesia memiliki pasar yang luas dan sumber daya yang melimpah untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik (EV). Oleh karena itu, pemerintah secara tegas menghentikan ekspor bijih nikel untuk meningkatkan nilai tambahnya.

"Pada 2017-2018 nilai ekspor ore nikel kita cuma dihargai US$3,3. Tapi di 2022 naik menjadi US$30,3. Ini hasilnya harganya bisa naik 10 kali lipat berkat ekspor nikel akibat hilirisasi," kata Bahlil.

Rekam Jejak Karir Tom Lembong

Pria yang lahir pada 4 Maret 1971 ini adalah seorang pengusaha. Ia meraih gelar sarjana dari Universitas Harvard, lulus pada tahun 1994 dengan gelar Bachelor of Arts di bidang arsitektur dan tata kelola.

Pada tahun 1995, Tom memulai kariernya di Divisi Ekuitas Morgan Stanley yang berlokasi di New York dan Singapura. Antara 1999 hingga 2000, ia melanjutkan kariernya di Deutsche Securities Indonesia dan sebelumnya bekerja di Deutsche Bank Jakarta dari 1998 hingga 1999.

Pengalaman di sektor perbankan membawanya ke berbagai posisi penting, termasuk sebagai Senior Vice President dan Kepala Divisi yang bertanggung jawab atas restrukturisasi dan penyelesaian kewajiban Salim Group kepada negara akibat runtuhnya Bank BCA pada krisis moneter 1998.

BACA JUGA:Anies Jelaskan Kunjungannya Ke PDIP Jakarta Bahas Pilkada

BACA JUGA:Anies Baswedan Sambangi Kantor DPD PDIP Jakarta

Selain itu, ia juga menjabat sebagai kepala divisi dan wakil presiden senior di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dari tahun 2000 hingga 2002, di mana BPPN memiliki tugas untuk merekapitalisasi dan merestrukturisasi sektor perbankan Indonesia setelah krisis 1998.

Pada awal 2000-an, Tom Lembong melanjutkan kariernya di Farindo Investments dan kemudian mendirikan Quvat Management pada tahun 2006, sebuah perusahaan dana ekuitas swasta.

Karier terakhir Tom Lembong sebelum terjun ke dunia politik adalah sebagai presiden komisaris di PT Graha Layar Prima, yang dikenal juga sebagai Blitz Megaplex, pada periode 2012 hingga 2014. Pada tahun 2013, Tom mulai aktif di dunia politik sebagai penasihat ekonomi dan penulis pidato untuk Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.

Setelah Jokowi terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2014, ia membawa Tom ke Istana dengan peran serupa seperti di Jakarta, di mana Tom menulis beberapa pidato terkenal Jokowi.

Tags : #tom lembong #luhut binsar pandjaitan #kasus korupsi #impor gula #bahlil lahadalia
Kategori :

Terkait

Terpopuler

Terkini