- Pada tahun 2039, anggota WEF membentuk kota-kota utopia yang dikelola oleh AI, menawarkan kehidupan yang megah dan mewah bagi mereka yang mampu membayarnya.
Populasi di kota-kota ini terdiri dari elit dan pendukung mereka, sementara kelas menengah ke bawah berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan rendah di sana, berharap bisa mendapatkan koneksi dan hidup yang lebih layak, serta mengubah hidup mereka dari kemiskinan.
- Pada tahun 2040, kelas menengah atas yang sebelumnya menikmati kenyamanan dan stabilitas ekonomi mulai merasakan tekanan karena berbisnis dan bersaing dengan AI menjadi sangat sulit. Mereka sekarang menjadi kelas menengah yang sesungguhnya, menghadapi tantangan yang sebelumnya hanya dialami oleh kelas menengah ke bawah, sementara kelas atas tetap di puncak, mempertahankan kekuasaan dan kekayaan mereka.
- Pada tahun 2041, kelas menengah ke bawah semakin terpinggirkan, hidup dalam kondisi miskin di luar kota-kota utopia. Mereka diiming-imingi dengan rumah murah tanpa uang muka di lokasi yang sangat jauh dari pusat kota utopia, di mana akses paling mudah dan murah untuk mencapai utopia adalah melalui transportasi umum yang disediakan oleh pemerintah, yang telah disusupi oleh AI untuk memantau aktivitas masyarakat.
Rasa ketidakadilan dan pengabaian membuat organisasi pemberontak dari kelas menengah ke bawah muncul secara vokal, bahkan mulai masuk ke dalam media.
- Pada tahun 2042, sebuah kelompok pembela rakyat baru bernama Front Keadilan terbentuk, dipimpin oleh tokoh karismatik dari kalangan rakyat. Mereka mengorasikan bahwa pemerintah tidak adil dalam pemerataan sumber daya dan dianggap tidak lagi sanggup memperbaiki negara karena pengangguran merajalela.
- Pada tahun 2043, hubungan antara pemerintah dan Front Keadilan semakin tegang. Beberapa kali, demonstrasi pecah tidak hanya di satu negara, tetapi di beberapa negara lainnya sekaligus.
- Pada tahun 2044, WEF melalui media yang dikendalikan oleh AI memulai kampanye propaganda yang menggambarkan Front Keadilan sebagai kelompok teroris dan ancaman bagi negara. Opini publik dimanipulasi melalui media untuk mendukung pemerintah dalam memberikan tindakan keras kepada Front Keadilan. Siapa pun yang berkoalisi atau berhubungan dengan Front Keadilan akan dianggap sebagai kriminal.
- Pada tahun 2045, pemerintah dengan dalih keamanan nasional akhirnya memberlakukan hukum darurat yang memberikan wewenang luas untuk menindak siapa pun yang diduga terkait dengan Front Keadilan. Proyek-proyek rahasia militer negara diluncurkan untuk membasmi Front Keadilan, yang sebenarnya hanya terdiri dari rakyat kelas menengah ke bawah.
BACA JUGA:7 Ide Bisnis Menghasilkan Uang dengan Tools AI Agar Cepat Kaya
BACA JUGA:10 Tools AI yang Bermanfaat untuk Mahasiswa, Bisa Kerjakan Tugas Lebih Cepat!
- Pada tahun 2046, perang saudara pecah antara pasukan pemerintah yang didukung oleh AI dan Front Keadilan yang didukung oleh kelas menengah ke bawah. Pertempuran terjadi di berbagai wilayah, menyebabkan kerusakan dan korban jiwa di kalangan masyarakat sipil.
- Pada tahun 2047, dengan bantuan OracleNet, pemerintah akhirnya mampu menggunakan drone dan robot militer canggih untuk melakukan operasi presisi dalam menghancurkan Front Keadilan.
Mereka mengumpulkan intelijen melalui pengawasan massal, mengidentifikasi, dan menargetkan pemimpin pemberontak dengan sangat akurat. Karena AI sudah ada di mana-mana, pemerintah juga mengeluarkan disinformasi dan propaganda media untuk melemahkan moral dan dukungan terhadap Front Keadilan.
- Pada tahun 2048, Front Keadilan mengalami kekalahan yang sangat signifikan. Banyak anggotanya ditangkap, tewas, atau hilang tanpa jejak. Pemerintah mengklaim kemenangan, menyatakan bahwa ancaman terhadap negara telah dieliminasi.
- Pada tahun 2049, muncul beberapa orang dari kelas menengah yang mengetahui kebenaran di balik konflik ini dan berusaha mengungkap manipulasi yang terjadi beberapa tahun lalu serta ketidakadilan yang dialami.