Namun, TikTok memungkinkan otak kita mendapatkan dopamin hanya dengan scrolling, tanpa perlu melkamikan usaha yang signifikan. Inilah mengapa kemalasan meningkat saat kita terlalu banyak scrolling—motivasi kita habis hanya karena aktivitas tersebut.
Istilah "cheap dopamine" merujuk pada dopamin yang dilepaskan otak melalui hal-hal yang mudah atau "murahan," seperti kesenangan saat scrolling atau menonton film. Sebaliknya, "dopamin berkualitas" didapatkan melalui aktivitas yang bermanfaat, misalnya ketika kita merasa terhibur dengan memperoleh pengetahuan baru atau merasa puas setelah berolahraga.
Lalu, apa hubungannya TikTok dengan penurunan fokus? Bagaimana TikTok bisa merusak fokus kita?
Dr. Patrick Porter, seorang pakar ilmu saraf yang telah mempelajari otak manusia selama 30 tahun, memperkenalkan istilah "TikTok Brain."
Ketika kita terus-menerus scrolling TikTok, dopamin di otak dilepaskan setiap kali kita menggerakkan jempol atau melkamikan scrolling. Hal ini membuat otak kita kecanduan, karena pada dasarnya, manusia diprogram untuk menyukai kesenangan.
Inilah mengapa kita sering secara spontan membuka HP dan langsung membuka TikTok tanpa sadar. Otak kita mulai mengasosiasikan TikTok dengan kesenangan, seakan-akan otak "meminta" untuk terus-menerus menikmati aktivitas tersebut.
Ketika kita sudah kecanduan, secara otomatis kita akan lebih sering mengonsumsi TikTok. Yang lebih parah, format TikTok berupa video pendek inilah yang menyebabkan menurunnya kualitas fokus manusia.
Otak kita terbiasa merasa puas hanya dalam waktu yang singkat, sehingga kita menjadi gelisah jika harus fokus dalam jangka waktu lama. Kita mulai mencari hal-hal cepat yang bisa segera memberi kesenangan. Awalnya, seseorang mungkin bisa fokus selama 30 menit, tetapi sekarang, hanya dalam satu menit saja sudah gelisah dan pikiran mudah buyar.
BACA JUGA:7 Rekomendasi HP Kamera Terbaik untuk Streaming Tiktok
BACA JUGA:Menkominfo Minta Agar Jangan Terlalu Banyak Barang Impor di E-commerce TikTok Shop
Hal ini sudah diteliti, tetapi banyak dari kita yang belum mengetahuinya. Bayangkan jika kamu belum menyadari hal ini dan terus terbiasa scrolling sepanjang hari. Bagaimana nasib fokusmu ke depannya? Untungnya, kamu sekarang sudah tahu dan setidaknya memahami konsekuensinya.
Saat ini, hampir semua media sosial memiliki algoritma yang serupa dengan TikTok, seperti YouTube dengan Shorts-nya dan Instagram dengan Reels-nya. Jadi, bukan hanya TikTok yang memiliki dampak negatif seperti yang sudah dijelaskan tadi.
Mengatasi Kecanduan Media Sosial
Lalu, bagaimana cara memperbaiki atau meningkatkan kualitas fokus kita agar kemampuan belajar dan berpikir kita ke depannya semakin baik?
Salah satu cara yang sering diremehkan untuk memperbaiki dan meningkatkan fokus, selain mengurangi penggunaan media sosial, adalah meditasi. Meskipun terlihat seperti aktivitas sederhana, hanya duduk diam, jika kamu tahu manfaatnya, kamu pasti ingin segera mencobanya. Caranya juga sangat mudah.
Sebelum membahas cara melkamikannya, kamu perlu memahami apa itu meditasi. Secara sederhana, meditasi adalah latihan mental yang berfokus pada perhatian penuh terhadap saat ini.
Dengan kata lain, kita harus fokus pada apa yang terjadi sekarang—entah itu pernapasan, suara di sekitar, atau sensasi di tubuh kita. Ada banyak jenis meditasi, namun kita akan fokus pada salah satu bentuk meditasi yang sangat ampuh untuk meningkatkan fokus, yaitu meditasi mindfulness.