RADAR JABAR - Apakah kamu sadar bahwa belakangan ini kualitas fokus kita semakin menurun? Jika belum, ketika di kelas, apakah kamu lebih sering melamun atau mendengarkan? Apakah pikiranmu lebih sering berantakan atau benar-benar mencerna penjelasan yang diberikan?
Banyak orang baru tersadar betapa sulitnya menjaga fokus. Akibatnya, kita menjadi kesulitan memahami pelajaran karena harus mengulang-ulang bacaan, dan sepertinya butuh usaha ekstra untuk fokus. Padahal, fokus sangat penting, terutama dalam belajar. Dengan fokus, seseorang bisa mencerna informasi lebih baik.
Setelah kami mencari tahu penyebabnya, kami menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan—yaitu TikTok. Ternyata, aplikasi ini bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif otak. Yang mengejutkan, hal yang sering kita anggap biasa saja, seperti scrolling lama di media sosial, sebenarnya memiliki dampak buruk yang tidak kita sadari.
Kita merasa aman-aman saja, padahal dampak dari scrolling berlebihan ini bisa cukup mengkhawatirkan. Mulai dari perubahan otak, menurunnya kemampuan fokus, hingga dampak negatif lainnya yang tidak kita ketahui.
Kami ingin memberi tahu kamu fakta sebenarnya mengenai apa yang terjadi pada otak dan perilaku manusia ketika scrolling di media sosial, khususnya TikTok. Bagaimana algoritma FYP (For You Page) merusak fokus kita, dan apa solusinya untuk mengatasinya.
Cara Algoritma Tiktok Merusak Fokus
Saat ini, hampir semua pengguna smartphone pasti sudah familiar dengan TikTok. TikTok hadir dengan konsep baru yang bisa dibilang revolusioner di dunia media sosial. Salah satu fitur utamanya adalah FYP (For You Page).
BACA JUGA:Bahaya Standar Tiktok, Begini Caranya Agar Hidupmu Tidak Disetir FYP
BACA JUGA:5 Situs Paling Banyak Dikunjungi di Dunia, Ada TikTok?
Pada awal kemunculannya, cara kerja TikTok berbeda dengan media sosial lainnya. Pengguna tidak perlu melkamikan pencarian terlebih dahulu untuk menikmati konten; sebaliknya, konten yang sesuai dengan minat pengguna langsung ditampilkan secara otomatis.
TikTok mengetahui jenis konten yang kita sukai berdasarkan kebiasaan kita. Misalnya, jika kamu menonton video seseorang menari hingga selesai, apalagi memberikan 'like', maka TikTok akan lebih sering menampilkan video serupa di FYP kamu. Inilah yang disebut dengan algoritma, atau sistem kerja media sosial dalam menyuguhkan konten kepada penggunanya.
Sebelum TikTok muncul, kebanyakan media sosial masih menggunakan metode di mana pengguna harus mencari atau mengikuti kamin tertentu sebelum mendapatkan kontennya. TikTok mengubah cara ini, dan pengaruhnya begitu besar sehingga hampir semua platform media sosial mengikuti jejaknya. Instagram menambahkan fitur Reels, YouTube dengan Shorts, dan Facebook pun memiliki video pendek serupa.
Di balik kesuksesan TikTok dengan FYP-nya, ada dampak negatif yang muncul, yang sebenarnya sangat berpengaruh pada manusia saat ini, meskipun banyak yang tidak menyadarinya. Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa ada juga hal positif yang bisa diambil dari terciptanya sistem FYP ini.
Cara kerja FYP TikTok sangat cerdas, karena mampu memberikan "dopamine hit" atau rangsangan kesenangan secara cepat dan akurat.
Apa itu dopamin? Dopamin adalah zat kimia di otak yang sering disebut sebagai "zat kebahagiaan." Zat ini berperan penting dalam sistem reward atau penghargaan di otak, yang memotivasi kita untuk mencari hal-hal yang menyenangkan. Kita cenderung ingin terus mengulangi perilaku yang memicu pelepasan dopamin tersebut.
TikTok, dengan FYP dan algoritmanya yang telah dijelaskan sebelumnya, sangat efektif dalam memicu pelepasan dopamin. Pada awalnya, dopamin yang sehat dilepaskan ketika kita menyelesaikan tugas yang sulit, seperti mencapai peringkat pertama di kelas.