Oleh karena itu, kami ingin membahas mengapa banyak produk dari Indonesia kesulitan bersaing dengan produk luar negeri.
1. Rendahnya Inovasi
Hal pertama yang membuat produk lokal kita sulit berkembang adalah rendahnya tingkat inovasi dari produsen lokal. Sebagai contoh, jika Anda mengikuti tren fashion cukup lama, pasti Anda tahu bahwa model sepatu kanvas bertali sempat menjadi populer.
Sekarang, coba pikirkan, ketika Anda melihat sepatu dengan desain tersebut, merek apa yang langsung terlintas di benak Anda? Ya, sepatu Converse. Desain sepatu semacam ini sudah sangat melekat dengan branding Converse, sehingga merek ini menjadi top of mind konsumen ketika melihat desain seperti itu.
Namun, beberapa waktu lalu banyak merek lokal yang memproduksi sepatu dengan desain serupa, tetapi menggunakan merek mereka masing-masing.
Jika Anda melihat di beberapa platform e-commerce, banyak model sepatu yang sangat mirip dengan desain sepatu Converse, namun dijual dengan harga yang relatif lebih murah.
Bagi yang belum tahu, desain dasar sepatu Converse ini sudah digunakan sejak tahun 1908, lebih dari 100 tahun, dan telah mendunia hingga diikuti oleh banyak merek lokal.
Puncaknya, pada tahun 2021 atau 2022, desain-desain sepatu seperti ini banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia, bahkan beberapa di antaranya sangat mirip dengan sepatu Vans atau Nike Air Jordan, hanya berbeda pada logonya saja, dengan harga yang jauh lebih terjangkau.
Sebenarnya, tidak ada masalah jika merek lokal memproduksi sepatu dengan desain yang sama dan harga lebih terjangkau karena mereka memberikan pilihan kepada konsumen untuk tampil stylish tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
Namun, masalahnya adalah ketika produk yang dihasilkan meniru mentah-mentah desain dari merek lain tanpa adanya inovasi atau modifikasi. Ini bukan hanya masalah etika, tetapi juga dapat merusak kreativitas di industri fashion itu sendiri.
Jika semua produsen hanya meniru tanpa berinovasi, tidak akan ada dorongan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan unik. Akibatnya, pasar akan dipenuhi dengan produk-produk serupa tanpa keunikan yang membuat produk lokal lebih unggul.
Fenomena meniru ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada produk sepatu lokal, tetapi juga pada banyak produk lokal lainnya yang mengikuti produk luar dengan cara yang terkesan dipaksakan. Menurut kami, produk yang paling sering meniru produk luar adalah pakaian, khususnya kaos.
Anda bisa melihat beberapa desain dari merek lokal yang hampir mirip dengan produk luar. Bahkan, desain mereka kadang tidak hanya meniru merek luar, tetapi juga meniru sesama merek lokal.
Contohnya adalah brand-brand yang saat ini sedang populer, terutama di TikTok. Banyak anak muda yang kini membuat merek fashion dengan nama-nama unik atau terjemahan dari bahasa asing.
Sebenarnya, ini adalah hal yang positif karena menunjukkan bahwa anak muda mulai sadar untuk berbisnis sejak dini. Namun, masalahnya adalah produk yang mereka buat memiliki desain yang hampir serupa satu sama lain, sehingga tidak mengherankan jika mereka dianggap fomo oleh banyak orang.
Menurut kami, kita tidak perlu menciptakan inovasi yang terlalu rumit untuk fashion, tetapi setidaknya desainnya harus lebih unik. Di sisi lain, rendahnya inovasi pada banyak produk lokal tentu berkaitan dengan minat konsumen.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Jam Tangan Kayu Lokal Berkualitas Tinggi, Apa Saja Itu?