Sejarah Singapura dari Negara Miskin SDM Rendah Sampai jadi Macan Asia Tenggara

Sabtu 14-09-2024,20:10 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Sejarah Singapura berawa dari merdeka pada 9 Agustus 1965. Uniknya, kemerdekaan Singapura bukanlah akibat penjajahan, melainkan karena negara ini dipisahkan dari Federasi Malaysia. Sebelumnya, Singapura merupakan salah satu provinsi di Malaysia yang dikenal sangat menentang pengaturan dari pusat, bahkan sempat terjadi kerusuhan etnis besar pada tahun 1964.

Setelah merdeka, Singapura dipimpin oleh Lee Kuan Yew, yang mengambil langkah-langkah strategis. Pada saat itu, Singapura tidak memiliki modal selain penduduknya dan wilayah yang cukup strategis.

Dengan modal tersebut, Singapura segera berupaya membuka diri untuk kedatangan investasi asing. Namun, pada masa itu, tidak banyak yang tertarik untuk berinvestasi di negara kecil yang belum memiliki banyak infrastruktur.

Menariknya, pada tahun 1965, konflik Perang Dingin sedang memuncak di Vietnam antara Amerika Serikat dan pihak komunis yang didukung oleh Uni Soviet.

Singapura memanfaatkan situasi ini dengan membuka wilayahnya untuk disewakan sebagai pelabuhan militer dan markas kapal-kapal perang Amerika dan Inggris. Dengan menyewakan wilayah strategis tersebut, Singapura berhasil memperoleh 200 juta dolar, yang setara dengan 15% dari pendapatan nasional mereka pada tahun 1967.

Sejak saat itu, Singapura terus berusaha menjaga kepercayaan dan minat investasi dari negara-negara Barat. Mereka bertekad untuk membangun negara yang aman, nyaman, bebas korupsi, dengan kepastian hukum dan sistem perpajakan yang bersahabat. Tujuannya adalah agar Singapura dapat terus menjadi tempat persinggahan dan pelabuhan yang menarik bagi para investor.

Setelah Perang Vietnam berakhir, Singapura segera merevitalisasi pelabuhannya dengan mengubah bekas markas angkatan laut Inggris menjadi Pelabuhan Sembawang.

Mereka juga membangun dermaga baru di Jurong, Pasir Panjang, dan wilayah lain dengan pembaruan teknologi bongkar muat yang canggih dan efisien. Singapura kini memiliki salah satu pelabuhan terbesar, tercanggih, dan tersibuk di dunia yang menghubungkan 123 negara dan berkontribusi 20% terhadap arus perdagangan maritim dunia.

Dalam 10 tahun pertama setelah kemerdekaan, Singapura sudah menjadi tujuan investasi utama dari negara-negara Barat, khususnya di sektor manufaktur, yang pada akhirnya menyerap tenaga kerja lokal sebagai buruh manufaktur.

Seiring dengan meningkatnya investasi asing, Singapura mulai fokus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka agar dapat menjadi tenaga kerja ahli yang berkualitas. Pemerintah Singapura mulai membangun banyak sekolah kejuruan dan membayar perusahaan asing untuk melatih para pekerja Singapura di bidang teknik sipil, petrokimia, dan teknologi industri. Sementara itu, para pekerja yang tidak cocok di sektor industri akan dialihkan ke sektor jasa dan pariwisata.

Dengan strategi ini, Singapura berhasil mengalihkan sektor ekonominya dari industri dengan nilai tambah rendah seperti tekstil, garmen, dan elektronik kecil pada tahun 1990-an, menuju industri yang lebih canggih dan bernilai tambah lebih tinggi, seperti bioteknologi, farmasi, perkapalan, dan rekayasa perangkat lunak.

Singapura bahkan menjadi pusat manufaktur elektronik terbesar di kawasan ASEAN. Pada tahun 2019, tercatat ada 60 perusahaan semikonduktor besar yang beroperasi di Singapura.

Memasuki tahun 1980-an, Singapura melakukan terobosan strategis berikutnya dengan membangun Bandara Changi International Airport, yang kelak menjadi salah satu bandara tercanggih, termegah, dan tersibuk di dunia.

Bandara Changi tidak hanya sekadar bandara, tetapi juga menjadi ikon negara sekaligus cerminan dari kemajuan dan modernitas Singapura. Dengan lalu lintas yang luar biasa, bandara ini berperan sebagai wajah branding dan pemasaran negara Singapura kepada dunia internasional.

Selain itu, Singapura juga mengubah tata kotanya menjadi sangat teratur dan memiliki fungsi-fungsi yang unik. Ada area untuk berbelanja, spot wisata keluarga, distrik pusat bisnis, serta pusat untuk event internasional yang dapat menampung ratusan ribu orang. Meskipun wilayahnya sempit, Singapura memanfaatkan setiap jengkal pulau untuk mendapatkan nilai ekonomi yang optimal bagi negara dan masyarakatnya.

Hal ini tentu tidak lepas dari ketegasan Singapura dalam menciptakan kepastian hukum dan kestabilan keamanan di negaranya. Di Singapura, semua koruptor dimiskinkan dan dihukum berat, para pengedar narkoba dihukum mati, dan tindakan seperti mengganggu ketertiban umum, berdemonstrasi, atau membuang sampah sembarangan dapat dikenakan hukuman atau denda yang tegas.

Kategori :