Sekilas, kesepian terlihat seperti masalah sepele, tetapi jika dibiarkan dalam jangka panjang, kesepian dapat membawa dampak negatif yang serius bagi penderitanya. Seseorang yang terlalu lama merasakan kesepian dapat mengalami stres karena tidak memiliki tempat untuk berbagi cerita atau meminta bantuan saat dibutuhkan.
2. Interaksi Antar Individu Sangat Sulit di Jepang
Mitsunori Ishida, Profesor Ilmu Sosial dari Waseda University, menjelaskan bahwa berinteraksi dengan orang lain sangat sulit di Jepang. Kebanyakan orang di sana enggan terlibat dengan hal yang tidak familiar atau tidak ingin merasa terganggu oleh masalah.
Akibatnya, terbentuk aturan sosial yang mendorong orang untuk tidak melibatkan diri dengan orang lain. Ketika seseorang menghadapi masalah, mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial untuk menyelesaikan masalah tersebut sendirian.
Hal ini berbeda dengan di Indonesia, di mana orang cenderung bercerita kepada teman, orang tua, saudara, atau bahkan komunitas di media sosial. Banyak orang yang peduli dan berusaha memberikan solusi atas masalah yang dihadapi.
Dalam wawancaranya bersama tim CNI Insider, Ellie Misumi mengatakan bahwa ia tidak terbiasa bercerita kepada orang terdekatnya karena mereka sulit berempati atau tidak ingin mendengarkan dan memikirkan masalah orang lain.
Misumi merasa bahwa berbagi cerita dengan orang tua atau keluarga pun tidak membantu, karena berbicara tentang masalah kerap dihindari di Jepang dan sering terjadi kesalahpahaman jika tidak disampaikan dengan baik. Oleh karena itu, Misumi lebih suka menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa menceritakannya kepada siapa pun.
Keadaan inilah yang membuat orang Jepang sulit menjalin ikatan satu sama lain. Minimnya komunikasi menciptakan kehidupan sosial yang sangat kaku. Banyak orang akhirnya merasa lebih nyaman hidup dalam kesendirian hingga muncul istilah "kamu tidak akan sendirian untuk menjadi penyendiri di Jepang."
3. Etos Kerja Tinggi
Etos kerja atau work ethic adalah sebuah nilai yang didasarkan pada kerja keras dan ketekunan. Di satu sisi, etos kerja memiliki nilai positif, namun apa yang terjadi jika diterapkan secara berlebihan?
Banyak berita menyebutkan bahwa rata-rata orang di Jepang bekerja melebihi batas normal, bahkan sampai muncul istilah karoshi, yang berarti kematian akibat terlalu banyak bekerja.
Kita tidak selalu tahu alasan seseorang bekerja keras, mungkin ada tujuan tertentu yang ingin mereka capai. Namun, dampak nyata dari etos kerja yang berlebihan ini adalah timbulnya rasa kesepian. Kesibukan membuat seseorang jarang atau bahkan tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi.
Bagi masyarakat Jepang, kondisi ini diperparah dengan kehidupan sosial yang kaku dan kurangnya persahabatan serta hubungan di lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja yang sudah menjadi hal biasa.
Kita sering berasumsi bahwa orang yang bekerja keras melakukannya karena kebutuhan ekonomi atau tekanan sosial yang sudah berlangsung lama. Akibatnya, terbentuk pola pikir bahwa seseorang harus mapan terlebih dahulu sebelum menikah, atau jika sudah menikah, mereka menunda memiliki anak karena alasan biaya hidup yang lebih tinggi atau kesibukan yang menyita waktu untuk mengurus anak.
Kesibukan inilah yang pada akhirnya menghambat terbentuknya hubungan pertemanan atau perasaan romantis. Data menunjukkan bahwa 34% warga Jepang yang belum menikah dan berusia 20 hingga 49 tahun belum pernah berkencan, membuktikan bahwa perasaan cinta atau kisah romantis menjadi hal yang sering dilewati atau dianggap kurang penting oleh sebagian masyarakat Jepang.
BACA JUGA:11 Kue Tradisional Jepang yang Memiliki Rasa Lezat dan Khas!
BACA JUGA:Ini Resep Kelezatan Chicken Katsu Curry Khas Jepang
Meskipun demikian, data ini hanya mencerminkan 34% dari populasi, dan kami percaya masih banyak orang Jepang yang tetap mengutamakan cinta dalam menjalin hubungan, meskipun cukup banyak juga yang menganggap hal tersebut tidak penting.