RADAR JABAR - Hampir 1,5 juta orang di Jepang, khususnya kaum muda usia produktif, menjalani kehidupan dalam kesendirian, menghindari kontak sosial, dan mengalami perasaan "hopeless romantic." Mengapa hal ini bisa terjadi, dan mengapa banyak kaum muda di Jepang lebih suka sendirian?
Di Jepang, ada tren yang disebut "solo katsu," yang mengacu pada melakukan segala sesuatu sendirian—bisa dibilang ini adalah versi "me time" ala orang Jepang. Mayumi Asai, seorang penulis esai yang karyanya bertema solo katsu, menjelaskan bahwa tren ini muncul di tengah pandemi COVID-19.
Saat itu, peraturan social distancing membuat orang-orang tidak bisa beraktivitas bersama, bahkan dengan keluarga sekalipun, kita harus menjaga jarak. Semua orang yang mengalami pandemi COVID-19 tentu pernah berada dalam situasi ini.
Menurut Mayumi Asai, banyak orang Jepang justru merasa sangat menikmati kesendirian ini. Ada perasaan kebebasan untuk pergi ke mana pun yang mereka inginkan. Penting untuk diingat bahwa kesendirian dan kesepian adalah dua hal yang berbeda.
Kesendirian adalah keadaan di mana seseorang secara sengaja mengurangi atau melepaskan diri dari interaksi sosial dengan orang lain, sementara kesepian lebih kepada emosi atau perasaan sedih karena tidak memiliki hubungan atau ikatan dengan orang lain.
Meskipun keduanya memiliki makna yang berbeda, keduanya tetap saling berkaitan karena kesepian sering kali muncul dari kesendirian yang berkepanjangan.
BACA JUGA:5 Manfaat Hojicha, Teh Asal Jepang yang Kaya Akan Manfaat, Salah Satunya Bisa Menghilangkan Stres?
BACA JUGA:7 Makanan Musim Panas Khas Jepang yang Harus Dicoba, Kuzumochi Camilan Wajib!
Contoh nyatanya adalah Ellie Misumi, seorang aktris dan model asal Jepang, yang mengakui bahwa ia merasa membutuhkan waktu untuk menyendiri. Waktu ini digunakannya untuk memikirkan apa yang akan dikatakan, mencari cara mengatasi masalah, dan membuat keputusan.
Misumi ingin menghadapi permasalahan hidup dengan bijak karena baginya, hal itu merupakan bagian dari pendewasaan yang baik. Oleh karena itu, ia membutuhkan waktu untuk solo katsu atau "me time" sebagai sarana refleksi diri, dan ia merasa senang melakukannya.
Alasan Orang Jepang Suka Menyendiri
Ada banyak alasan mengapa orang Jepang mengikuti tren solo katsu atau menyendiri, berikut 3 diantaranya.
1. Banyak Promo Pelayanan untuk Para Single
Dampak nyata dari fenomena ini adalah semakin banyaknya produk atau layanan yang menargetkan individu yang memilih hidup sendirian. Layanan ini mencakup jasa perjalanan, perumahan, hingga layanan keuangan, yang menjadikan solo katsu semakin populer di Jepang.
Berdasarkan berbagai sumber, tiga aktivitas solo katsu terpopuler di Jepang adalah berkemah, sauna, dan onsen. Onsen adalah istilah untuk berendam di mata air panas alami. Perusahaan yang menyediakan fasilitas ini sering kali menawarkan promo atau layanan khusus bagi kaum single, membuktikan bahwa solo katsu sangat populer dan menjadi peluang bisnis bagi pengusaha di sana.
Orang yang suka sendirian belum tentu merasa kesepian, namun orang yang kesepian sudah pasti merasa sendirian dan terisolasi. Menurut survei nasional yang dilakukan pada Desember 2022 dengan 20.000 responden berusia 16 tahun ke atas, sekitar 40% orang Jepang merasa kesepian, dan mayoritas dari mereka adalah kaum muda berusia 20-an.
Masalah kesepian ini bukanlah hal baru di Jepang; bahkan, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Pada tahun 2021, Perdana Menteri Jepang menunjuk Tetsushi Sakamoto sebagai Menteri Kesepian dalam upaya menghadapi masalah isolasi sosial yang semakin serius di tengah pandemi COVID-19.