Pertempuran dalam perang dunia dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk di luar angkasa. Oleh karena itu, menjadi astronot mungkin tampak seperti pilihan yang tepat. Menurut artikel dari Army Mail, tentara aktif dapat mendaftar untuk bertugas di NASA.
Namun, kita harus kritis karena banyak benda langit, seperti satelit komunikasi, menjadi target untuk melumpuhkan pertukaran informasi antarnegara. Jika satelit tersebut diledakkan dengan misil, serpihannya akan tersebar dan melaju dengan kecepatan puluhan ribu kilometer per jam.
BACA JUGA:11 Negara Teraman Jika Perang Dunia Ketiga Terjadi Selain Indonesia
Bahkan pecahan sebesar batu saja dapat menyebabkan lubang di stasiun luar angkasa, mengakibatkan tekanan udara dan oksigen yang tidak teratur. Bayangkan jika Anda sedang berada di luar angkasa untuk memperbaiki fasilitas, namun ledakan tersebut membuat Anda terhempas dan hilang.
8. Peneliti Teknologi
Medan perang tidak hanya melibatkan senjata dan taktik, tetapi juga teknologi terbaru di semua lini penyerangan. Serdadu di barisan terdepan harus semakin pintar dalam mengambil keputusan dan memberikan posisi yang menguntungkan.
Namun, perkembangan teknologi dapat menjadi faktor yang sangat merugikan. Misalnya, penembak jarak jauh kini dapat menjangkau target berkat peluru yang dapat berbelok sendiri, dan peperangan bawah tanah menjadi semakin canggih dengan penggunaan robot jarak jauh untuk mendeteksi ranjau atau memetakan keberadaan musuh.
Hal ini membuat barisan terdepan semakin tersiksa menghadapi teknologi yang sangat merugikan. Sementara itu, operator alat jarak jauh dan orang-orang di balik layar yang dibekali inovasi canggih juga menghadapi tantangan, apalagi dengan kemunculan AI yang semakin dimaksimalkan untuk keuntungan pribadi. Jadi, apakah Anda siap jika harus ditempatkan dalam kondisi seperti itu?
9. Pilot Jet Tempur
Menguasai pertempuran udara adalah salah satu misi utama untuk mencegah lawan memegang kendali dan membalikkan jalannya peperangan. Amerika Serikat menyadari hal ini dan telah menyiapkan pesawat tempur siluman dalam jumlah besar, mencapai 13.000 unit.
Pesawat-pesawat ini sulit dikalahkan oleh negara-negara lain, seperti Rusia dengan kurang dari 4.000 unit, Cina dengan sekitar 3.000 pesawat, atau Korea Utara yang masih menggunakan pesawat dari tahun 1950-an.
BACA JUGA:7 Rekomendasi Film Action Berlatar Perang Dunia dengan Rating Tertinggi IMDb
Negara-negara lain, seperti Suriah, menggunakan pesawat bekas yang terus diperbaiki setelah berperang. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Indonesia memutuskan untuk membeli alat utama sistem senjata bekas sebagai persiapan menghadapi berbagai kemungkinan.
Namun, pertanyaannya adalah, apakah negara-negara yang tidak sepadan dengan Amerika dapat melawan balik jika digempur habis-habisan? Bahkan dengan teknologi yang seimbang, risiko tetap ada. Jika perlengkapan benar-benar kalah telak, situasinya bisa lebih tepat disebut sebagai pembantaian.
10. Penjaga Kamar Jenazah
Dalam medan perang, tidak semua orang ditugaskan sebagai prajurit; ada juga yang bertugas dalam regu pendukung. Bagi yang memiliki keahlian dalam merawat orang sakit, kesempatan untuk bergabung dengan tim dokter atau perawat terbuka.
Namun, bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan khusus, ada tugas unik untuk mengurus mayat. Menurut artikel dari National Guard, tugas ini meliputi pencarian jasad di medan perang serta benda-benda peninggalan yang dapat dikirimkan pulang ke kampung halaman.
Penjaga kamar jenazah juga harus memetakan lokasi pertempuran secara detail untuk mengurangi bahaya, karena mereka harus menghadapi ranjau, lokasi persembunyian musuh, dan kemungkinan risiko lain yang dapat menyebabkan kerugian besar.