Pasukan khusus memegang peranan penting dalam kelancaran misi, sehingga persiapannya sangat serius. Menurut US Department of Defense, ketahanan fisik di atas rata-rata dan kemampuan berjalan sejauh 40 km adalah standar yang telah ditetapkan.
Selain itu, mereka harus dapat menahan diri dari ketakutan terhadap simulasi tembakan api yang mungkin dihadapi dalam peperangan sebenarnya. Misi seperti penyusupan untuk mengantar bom ke titik vital markas musuh merupakan salah satu tugas umum bagi prajurit.
Sebagai contoh, kapal selam milik Amerika yang dirancang kecil dengan hanya 8 orang di dalamnya menunjukkan betapa kerasnya latihan yang harus dijalani.
Dalam kondisi bom yang terus terguncang, perjalanan tersebut dapat menjadi sangat berbahaya. Sebelum menjadi pasukan khusus, seseorang akan menjalani pelatihan yang sangat intensif dan berisiko tinggi. Bayangkan saja bagaimana tantangan di medan perang yang sebenarnya.
4. Operator Drone
Tenaga kerja merupakan faktor utama yang dapat menentukan dan menggerakkan industri di dunia ini, termasuk sebagai operator drone. Data dari artikel The Drone menunjukkan adanya pertumbuhan dalam teknologi ini di tahun mendatang.
Pemerintah menyadari potensi pemanfaatan teknologi drone untuk melancarkan misi sambil meminimalisir kehilangan prajurit. Namun, menjadi operator drone berarti bekerja dalam sebuah kotak logam tanpa jendela, dengan pencahayaan hanya dari layar komputer.
Hal ini dirancang agar saat musuh mengetahui posisi, operator masih bisa beroperasi meskipun drone terkena serangan misil. Operator drone harus bekerja selama 12 jam sehari, 6 hari berturut-turut, tanpa ada rekan yang bisa diajak berkomunikasi.
Mereka berfungsi sebagai "mesin pembunuh" dan akan menghadapi stres dan trauma berkepanjangan jika melihat prajurit negaranya yang gugur di medan perang, meskipun tidak mengalami luka fisik.
5. Iron Man
Menjadi seorang Iron Man seperti dalam film Marvel kini semakin mendekati kenyataan berkat teknologi yang dikembangkan oleh Gravity. Namun, karena teknologi ini masih baru, belum ada jaminan apakah ia dapat diandalkan dalam jangka panjang.
Pakaian terbang ini, yang mampu melaju hingga 130,7 km/jam, telah diuji coba dalam bidang militer. Masalah utama terletak pada keseimbangan pengguna yang harus berfokus pada kaki dan tangan, sehingga tidak memungkinkan untuk membawa senjata.
Selain itu, terbang di udara membuat pengguna menjadi sasaran empuk bagi pasukan bersenjata, baik di darat maupun di udara. Meskipun terlihat sebagai opsi efektif untuk mencapai titik vital musuh, risiko yang terkait dengan teknologi ini sangat besar.
BACA JUGA:Amerika Serikat Tegaskan Kembali Komitmen Untuk Hentikan Perang Gaza
Saat ini, alat ini hanya dapat digunakan selama 5 menit, sehingga tugas yang membutuhkan penggunaannya bisa dianggap hampir mustahil.
6. Penjaga Kamp Militer
Salah satu elemen penting dalam perang besar adalah infrastruktur dan prajurit. Kamp militer menjadi target utama karena menjadi sasaran empuk untuk serangan. Oleh karena itu, pilot drone diberikan perlindungan ekstra, namun efek sampingnya dapat berdampak pada psikologis prajurit.
Di pangkalan militer Amerika sendiri, pernah terjadi penembakan oleh sesama prajurit, yang bisa disebabkan oleh stres yang memuncak sehingga mengganggu kemampuan berpikir jernih. Bayangkan jika banyak orang berlindung di sebuah ruangan yang sedang dibombardir musuh; mereka akan semakin tidak tenang dan terdesak untuk bertindak tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Selain itu, pangkalan militer akan menjadi sasaran utama dalam perang karena menyerang markas militer akan mengakibatkan kerugian besar akibat berkurangnya pasukan. Oleh karena itu, meskipun bekerja di pangkalan militer mungkin tampak aman untuk sementara, situasinya akan berubah drastis saat bencana datang.